Ujian Nasional 2016 sudah dekat, tinggal beberapa bulan lagi. Seperti
biasa, Ujian Nasional digelar di akhir semester genap atau April sampai
Mei. Masalahnya adalah beberapa sekolah sudah menerapkan kurikulum K-13
mulai dari kelas 1-6 SD, 7-9 SMP hingga 10-12 SMA/SMK.
Di seluruh
Indonesia, kira – kira sudah ada sekitar 6% sekolah yang menerapan
kurikulum K-13 dari total populasi sekolah di Indonesia. Nah, bagaimana
dengan sekolahyang telah menerapkan
kurikulum K-13, mungkin saat ini sedang harap – harap cemas.
Lalu timbul pertanyaan , bagaimana kalau Ujian Nasional 2016 disusun
berdasarkan kurikulum K-6? Atau justru sebaliknya. Buat sekolah yang belum menerapkan K-13, bagaimana kalau Ujian Nasional 2016
disusun dengan kurikulum K-13? Jadi, manakah yang harus kita pelajari?
Tidak enak kan digantung? Jangan cemas dulu. Berikut rangkuman serba – serbi soal Ujian Nasional
2016. Sebenarnya seperti apa sih soal Ujian Nasional di tahun 2016 itu?
Ujian Nasional menggunakan satu konsep
Meski ada kurikulum yang berbeda yang
digunakan oleh sekolah – sekolah di Indonesia, akan tetapi soal Ujian
Nasional 2016 besok tetap akan disusun satu versi. Artinya, tidak ada
Ujian Nasional versi K-13 atau K-6. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan, ujian nasional tahun 2016 tetap
dilaksanakan dalam satu konsep meskipun sejumlah sekolah sudah
menggunakan kurikulum yang berbeda. Sekolah yang menggunakan kurikulum
2013 (K-13) maupun kurikulum 2006 (K-6), pelaksanaan serta materi ujian
nasional (UN) pada 2016 mendatang akan disamakan. Kemendikbud tidak mau
ambil resiko UN menjadi berantakan karena membuat UN dua versi, K-6 dan
versi K-13.
Soal disusun dengan sistem irisan
Lalu, manakah pihak yang akan
diuntungkan? Sekolah dengan K-13 atau K-6? Tenang saja Quipperian.
Kemendikbud menjamin kalau keduanya akan tetap seimbang. Pembuatan soal
UN 2016 dilakukan dengan melakukan irisan kurikulum 2006 dan 2013. Ini
dilakukan secara bersama oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), Pusat Kurikulum dan perbukuan
(Puskurbuk), kepala sekolah, pengawas sekolah, hingga guru-guru dari
sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum 2006 maupun 2013. Karena
setelah melalui penelaahan yang dilakukan antara kedua kurikulum itu,
rupanya 95% dari kedua kurikulum tersebut memiliki persamaan. Perbedaan
hanya ada 5% dari sisanya. Maka mencari irisan atau titik singgung
antara kedua kurikulum ini sebenarnya sangat mudah. Dengan sistem
mencari titik singgung itu, pemerintah berharap siswa yang menempuh
pendidikan berbasis K-6 tidak mengalami kesulitan mengerjakan soal Ujian
Nasional. Begitu juga dengan siswa yang belajar dengan K-13. Meski
secara teknis belum dibuat butir soal ujian, Kemendikbud menjamin siswa
tidak akan kesulitan dalam mengerjakan UN 2016. Oleh karena itu,
Kemendikbud menjamin bahwa mereka akan mencari cara termudah titik
singgungan antara materi K-6 dan K-13.
Model ini diprediksi bakal diterapkan untuk 3 tahun ke Depan
Sekolah yang sudah menerapkan K-13
masih sekitar 6% dari total populasi seluruh sekolah di Indonesia.
Rencananya, pada awal tahun 2016, Kemendikbud baru akan menggenjot
penambahan unit sekolah yang menjadi sasaran implementasi K-13 dengan
target 25% dari total sekolah pelaksana. Kemudian di tahun 2017, jumlah
sekolah implementasi K-13 ditargetkan akan naik menjadi 60%. Hingga,
akhirnya pada 2018, seluruh sekolah sudah meninggalkan K-6 dan
mengimplementasikan K-13. Artinya, perbedaan kurikulum akan tetap eksis
hingga 3 tahun ke depan sehingga dapat kita prediksikan kalau model
irisan sebagai dasar untuk membangun soal Ujian Nasional ini juga akan
tetap diterapkan hingga 3 tahun ke depan.
0 komentar:
Posting Komentar