Sampainya
anda pada halaman weblog ini salah satunya barangkali dengan mencari
kata kunci di mesin pencari "Peran Serta Pesantren di Indonesia" dsb.
" Masihkah kita meragukan peran
dan kontribusi institusi pesantren untuk
negara dan bangsa ini? Sebaliknya, yang harus dipertanyakan adalah
apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah atau mungkin anda yang secara pribadi telah berkecukupan juga memiliki "power" untuk ikut berkiprah, berkontribusi dan berperan aktif terhadap pembangun dan pengembangkan pesantren-pesantren di Indonesia umumnya atau Pesantren di daerah terdekat anda khususnya."
Sejarah
tidak akan memungkiri besarnya kontribusi serta peran Pesantren bersama
Kyai dan santri santrinya dalam berbagai kiprahnya dalam pembangunan
dan perjuangannya demi bangsa dan negara ini.
Nama
nama besar seperti Tuanku Imam Bonjol, Yang merupakan seorang ulama besar,
Mujahid dan dicatat sebagai salah seorang Pahlawan Nasional adalah salah
satu bukti nyata kontribusi Pesantren bersama Kyai dan santrinya kepada
nusa bangsa dan negara ini.
Menurut Wahjoetomo, penulis buku Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan
Alternatif Masa Depan, perlawanan pesantren terhadap Belanda dilakukan dengan
tiga cara.
Pertama, uzlah (mengasingkan diri). Mereka menyingkir ke desa-desa dan
tempat terpencil yang jauh dari jangkauan kolonial. Tidak aneh, jika pesantren
mayoritas berada di daerah pinggiran, pelosok, dan bahkan pedalaman.
Dengan hijrah ke pelosok-pelosok pedesaan, pesantren mengembangkan
masyarakat Muslim yang solid, yang pada gilirannya berperan sebagai kubu
pertahanan rakyat dalam melawan penjajah. Raffles sendiri dalam bukunya The
History of Java mengakui bahaya para kiai terhadap kepentingan Belanda. Sebab,
menurutnya, banyak sekali kiai yang aktif dalam berbagai pemberontakan.
Bambu Runcing yang terkenal sebagai senjata para pejuang kemerdekaan
adalah inisiatif dari Kiai Subkhi atau Mbah Subkhi atau Kyai Bambu Runcing yang kemudian diabadikan
sebagai nama pesantren, yakni Pondok Pesantren Kiai Parak Bambu Runcing,
Parakan, Temanggung, Jawa Tengah.
Kedua, bersikap nonkooperatif dan melakukan perlawanan secara diam-diam.
Selain mengaji dan menelaah kitab kuning, para kiai menumbuhkan semangat jihad
santri-santrinya. Ketika Jepang memobilisasi tentara PETA (Pembela Tanah Air)
guna melawan Belanda, para kiai dan santri mendirikan tentara Hizbullah.
Ketiga, memberontak dan mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Misalnya,
pemberontakan kaum Padri di Sumatra Barat (1821-1828) di bawah pimpinan Tuanku
Imam Bonjol, Dimana beliau merupakan seorang ulama besar,
pemberontakan Pangeran Diponegoro, ( Pangeran Dipenogoropun merupakan
seorang Kyai ) di Jawa Tengah (1825-1830), dan
pemberontakan di Aceh (1873-1903) yang dipimpin oleh Teuku Umar dan
Teuku Cik
Ditiro. Di Banjar Kalimantan ada Pangeran Antasari ( Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin ) dengan Jiwa keislamannya yang didapat sejak dari kecil dari bimbingan bimbingan 'ulama' didukung para ulama,santri dan rakyat berjuang Kalimantan. semboyannya sangat terkenal adalah haram
manyarah waja sampai kaputing (haram menyerah, baja sampai keujung).
Maksudnya dalam mengusir penjajah Belanda tidak akan pernah meminta
ampun atau menyerah, perjuangan akan diteruskan sampai tenaga yang
penghabisan.
Bung Tomo dengan latar belakang kesantriannya terus mengobarkan semangat Zihad "Merdeka Atau Mati..Allahu Akbar", semanga jihadnya tersebut yang membuat Arek Arek Soroboyo rela mengorbankan nyawa mereka berjuang demi negara. Bung Tomo terlebih dahulu sowan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama pada saat itu. Bung Tomo izin untuk membacakan pidatonya yang merupakan manifestasi dari resolusi jihad yang sebelumnya telah disepakati oleh para ulama NU, Dan Tahukah anda bahwa Jendral Besar Panglima Besar Tentara Nasional Kita Jendral Soedirman (alm ) merupakan didikan dan gemblengan dari Kyai Haji Busyro di sebuah Pondok Pesantren di Binorong..Jend Soedirman juga bekerja sama dengan pondok pesantren yang dipimpin Kyai Siraj. Pondok Pesantren ini banyak menggiring santrinya untuk berjihad dalam pertempuran Ambarawa. dan masih banyak sekali peran serta serta kiprah dari para ulama, dan santri tokoh tokoh Islam dalam perjuangan mereka demi bangsa dan negara ini.
Semangat jihad yang dimiliki muslim dengan teriakan "Allahu Akbar", yang telah dikobarkan oleh para Kyai, Ulama dan santri itulah yang menempatkan kita pada era sekarang ini, yaitu kemerdekaan". karena Semangat dan mentalitas jihad pasti dimiliki oleh mayoritas ummat Islam..
Bung Tomo dengan latar belakang kesantriannya terus mengobarkan semangat Zihad "Merdeka Atau Mati..Allahu Akbar", semanga jihadnya tersebut yang membuat Arek Arek Soroboyo rela mengorbankan nyawa mereka berjuang demi negara. Bung Tomo terlebih dahulu sowan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama pada saat itu. Bung Tomo izin untuk membacakan pidatonya yang merupakan manifestasi dari resolusi jihad yang sebelumnya telah disepakati oleh para ulama NU, Dan Tahukah anda bahwa Jendral Besar Panglima Besar Tentara Nasional Kita Jendral Soedirman (alm ) merupakan didikan dan gemblengan dari Kyai Haji Busyro di sebuah Pondok Pesantren di Binorong..Jend Soedirman juga bekerja sama dengan pondok pesantren yang dipimpin Kyai Siraj. Pondok Pesantren ini banyak menggiring santrinya untuk berjihad dalam pertempuran Ambarawa. dan masih banyak sekali peran serta serta kiprah dari para ulama, dan santri tokoh tokoh Islam dalam perjuangan mereka demi bangsa dan negara ini.
Semangat jihad yang dimiliki muslim dengan teriakan "Allahu Akbar", yang telah dikobarkan oleh para Kyai, Ulama dan santri itulah yang menempatkan kita pada era sekarang ini, yaitu kemerdekaan". karena Semangat dan mentalitas jihad pasti dimiliki oleh mayoritas ummat Islam..
Bahkan, besarnya pengaruh kiai tidak hanya terbatas pada masyarakat
awam, tapi juga menjangkau istana-istana. Kiai Hasan Besari, dari pesantren
Tegalsari Ponorogo, misalnya berperan besar dalam meleraikan pemberontakan di
Keraton Kartasura. Bukan hanya itu, pesantren dulu juga mampu melahirkan
pujangga. Raden Ngabehi Ronggowarsito adalah santri Kiai Hasan Besari yang
berhasil menjadi Pujangga Jawa terkenal.
Secara historis, keberadaan pesantren hampir bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Alasannya sangat sederhana. Islam, sebagai agama dakwah, disebarkan secara efektif melalui proses transformasi ilmu dari ulama ke masyarakat (tarbiyah wa ta’lim, atau ta’dib). Proses ini di Indonesia berlangsung melalui pesantren.
Secara bahasa, pesantren tidak sepenuhnya merujuk pada kata dalam bahasa
Arab. Sebutan untuk pelajar yang mencari ilmu bukan murid seperti dalam tradisi
sufi, thalib atau tilmidh seperti dalam bahasa Arab, tapi santri yang berasal
dari bahasa Sanskerta. San berarti orang baik, dan tra berarti suka menolong.
Sedangkan lembaga tempat belajar itu pun kemudian mengikuti akar kata
santri dan menjadi pe-santri-an atau “pesantren”. Di Sumatra, pesantren disebut
rangkang, meunasah, atau surau. Ini menunjukkan bahwa pendekatan dakwah para
ulama yang permisif terhadap tradisi lokal.
Di Malaysia dan Thailand, lembaga ini dikenal dengan nama pondok. Kata
ini merujuk pada bahasa Arab fundukyang berarti hotel atau penginapan, yang
maksudnya adalah asrama. Jadi, meskipun istilah “pesantren” tidak memiliki akar
kata dari tradisi Islam, tapi substansi pendidikannya tetap Islam.
Menurut KH. Imam Zarkasyi, dalam buku Pekan Perkenalan Pondok Modern
Gontor, pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem
asrama atau pondok, di mana kiai sebagai sentral figurnya, masjid sebagai pusat
kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kiai
yang diikuti santri sebagai kegiatannya.
Jadi, ada empat ciri utama pesantren. Pertama, pondok harus berbentuk
asrama. Kedua, kiai sebagai sentral figur yang berfungsi sebagai guru,
pendidik, dan pembimbing. Ketiga, masjid sebagai pusat kegiatan. Dan keempat,
materi yang diajarkan tidak terbatas kepada kitab kuning saja.
Menurut Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Penulis Peneliti di Institute for the
Study of Islamic Thought and Civilization(INSIST), dengan catur-pusat inilah,
pendidikan pesantren berfungsi sebagai “melting pot”, yaitu tempat untuk
mengolah potensi-potensi dalam diri santri agar dapat berproses menjadi manusia
seutuhnya (insan kamil).
Dengan demikian, karakter pendidikan pesantren bersifat menyeluruh.
Artinya, seluruh potensi pikir dan zikir, rasa dan karsa, jiwa dan raga
dikembangkan melalui berbagai media pendidikan yang terbentuk dalam suatu
komunitas yang sengaja didesain secara integral untuk tujuan pendidikan.
"Di tengah gencarnya kampanye dan program pendidikan berkarakter dari pemerintah belakangan ini, pesantren justru
jauh jauh hari sejak dari awal keberadaannya sudah menerapkan pola tersebut dengan pembelajaran Adab Dan Ahlaq". Tujuan pendidikan pesantren pada hakekatnya seperti halnya
tujuan kehidupan manusia di dunia ini adalah ibadah, yang spektrumnya seluas
pengertian ibadah itu sendiri. Santri tidak hanya disiapkan untuk mengejar
kehidupan dunia, tapi juga mempersiapkan kehidupan akhirat.
Di sisi lain, saat ini sedang banyak dikembangkan sekolah-sekolah yang
diberi label Sekolah Berstandar Internasional (SBI), sebagian dengan pola boarding house school yang mengadopsi pola pendidikan pesantren . Tetapi jika kita melihatnya
lebih dekat, sekolah-sekolah dengan label internasional tersebut hanyalah
sekolah yang bertarif mahal (internasional), dan bukan sekolah yang berbahasa
Inggris.
Ibaratnya, kita ingin anak kita menjadi artis, maka yang kita lakukan
adalah mendandani anak kita dengan pakaian artis, bukan melatih vokal atau
acting anak tersebut. Sekolah berstandar internasional yang sedang dirintis
pemerintah juga dievaluasi dengan ujian nasional. Lalu, apa bedanya dengan
sekolah berstandar nasional atau berstandar lokal?
Jika Anda ingin melihat sekolah berstandar internasional, eksistensi
Pondok Modern Gontor adalah salah satu bukti konkretnya. Tidak hanya santri
wajib berbahasa Arab dan Inggris, Gontor juga mampu menarik siswa dari luar
negeri, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Brunai Darussalam, Jepang,
Amerika Serikat, Australia, dan berbagai negara lainnya. Inilah sekolah
bertaraf internasional, walaupun tanpa embel embel sekolah internasional.
Bahkan, jauh sebelum Indonesia merdeka dan jauh sebelum sistem pendidikannya
mapan, pesantren dan alumni-alumninya telah banyak berperan—baik di nusantara
maupun kancah dunia. Pada abad ke-17 hingga awal abad ke-19, tercatat nama-nama
sekaliber Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah al-Fansuri, Abdul Rauf al-Sinkili, Syekh
Yusuf al-Makassari, Abdussamad al-Falimbani, Khatib Minangkabawi, Nawawi
al-Bantani, Muhammad Arsyad al-Banjari, dan lain-lain.
Sosok-sosok
alumni pesantren dan Timur-Tengah ini telah melahirkan
karya-karya besar di bidang fikih, tafsir, hadis, dan tasawuf. Citra
intelektual
dan ekspansi karya sosok-sosok ini bukan hanya sebatas taraf domestik
nusantara, tapi juga sampai diakui di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Nama nanama besar beliaupun masih terkenang dengan segala jejak jejaknya
sampai sekarang.
Di zaman pergerakan pra-kemerdekaan, peran pesantren juga sangat
menonjol, lagi-lagi melalui alumninya. HOS Cokroaminoto pendiri gerakan
Syarikat Islam dan guru pertama Soekarno di Surabaya, adalah juga alumni
pesantren. KH. Mas Mansur, KH. Hasyim Ash’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus
Hadikusumo, KH. Kahar Muzakkir adalah alumni pesantren yang menjadi tokoh
masyarakat yang sangat berpengaruh.
Sesudah kemerdekaan, alumni-alumni pesantren terus memainkan perannya
dalam mengisi kemerdekaan. Di antaranya, H.M. Rasyidi (alumni Pondok Jamsaren,
Menteri Agama RI pertama), Mohammad Natsir (alumni Pesantren Persis menjadi
Perdana Menteri), KH. Wahid Hasyim (alumni pondok Tebuireng), KH. Muslih
Purwokerto dan KH. Imam Zarkasyi (alumni Jamsaren, anggota Dewan Perancang Nasional),
KH. Idham Khalid (alumni Pondok Gontor, wakil Perdana Menteri dan Ketua MPRS).
Di era Orde Baru, di tengah maraknya pembangunan fisik yang disertai
dengan proses marginalisasi peran politik umat Islam, kiai dan pesantren tetap
memiliki perannya dalam membangun bangsa. Dampak pembangunan fisik yang tidak
berangkat dari konsep character building adalah dekadensi moral, korupsi,
tindak kekerasan dan lain-lain.
Akibatnya, pendidikan, khususnya sistem sekolah di kota-kota besar tidak
lagi menjanjikan kesalehan moral dan sosial anak didik. Dalam kondisi seperti
inilah pesantren muncul menjadi sebagai alternatif penting. Dengan jiwa
ukhuwwah Islamiyah, belum pernah di pesantren terjadi “tawuran”, atau terdengar adu jotos antar santri pondok A dengan pondok B dengan membawa senjata tajam, seperti yang sering kita lihat dan dengar di media. Dan karena jiwa
kemandirian di pesantren, tidak sedikit dari santri drop out justru sukses
sebagai pengusaha dan social entrepeneur.
Ketika terjadi upaya konvergensi ilmu pengetahuan agama dan umum, medan
distribusi alumni pesantren menjadi semakin luas.
Penyeberangan santri ke perguruan tinggi umum menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Para santri ini kemudian mengembangkan kajian-kajian agama secara informal dan intensif yang melibatkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak memilik background agama.
Saat ini, peran pesantren tidak lagi langsung dimainkan oleh alumninya,
tapi oleh murid-murid alumninya. Pergerakan mahasiswa, seperti HMI, PMII, IMM
yang marak pada dekade 1970-an dan 1980-an, dan juga gerakan LDK, usrah-usrah
dan intensifikasi aktivitas masjid kampus dan lain-lain, tidak dapat dipisahkan
dari peran dan kontribusi alumni-alumni pesantren.
Di ITB ( Institute Technology Bandung ) Para Penggagas Mesjid Salman yang tentunya jiwa ke Islaman sudah melekat kuat dalam diri mereka, karena didikan Pondok, salah seorang Penggagasnya adalah Bang Imad ( alm ) Ayahnya, Haji Abdulrahim, adalah seorang ulama di
Sumatera Utara. Sedangkan ibunya, Syaifiatul Akmal, seorang wanita yang
merupakan cucu dari sekretaris Sultan Langkat, yang mana sejak dari kecil sudah mendidik Bang Imad (alm) dengan pondasi - pondasi Islami, bersama Mahasiswa dan masyarakat sekitarnyanya merintisnya sejak 50 tahunan yang lalu bersama Pengajian Mesjid Salman ITB
nya dalam berbagai kegiatan positif, terutama pembinaan guna menghasilkan generasi
Islami yang mumpuni, yang berakidah kokoh,santun dalam ahlak serta luas wawasan keilmuannya. Salman ITB bersama komunitasnya aktif pula dalam berbagai kegiatan - kegiatan Sosial lainnya, secara tidak langsung Mesjid Salman menjadi central Da'wah dan Syiar dalam Kampus ITB, khususnya buat Mahasiswa-mahasiswa ITB dan di luar ITB juga umum dan Masyrakat sekitar kampus, dan tentunya masih banyak kiprah
kiprah ormas dan organisasi organisasi Islam lainnya di kota kota besar terutama yang dimotori alumnus anak anak Pondok Pesantren, pada era
sekarang.
Jadi apalagi yang diragukan dengan kontribusi "ulama, Ajengan ( Kyai ) Dan Santri serta generasi generasi Islam" Pada Bangsa dan Negara ini..?? terus apakah Pemerintah sudah memberikan perhatian dan kontribusi yang cukup pada pondok pondok Pesantren ..?? terutama Pondok Pondok Pesantren di daerah daerah Terpencil..yang masih terkesan "kumuh", gak bermutu, gak menjamin masa depan, dengan tatapan sebelah mata dan senyum sinis dsb, yang membuat orang tua anak enggan mengamanahkan anaknya ke sebuah Pondok Pesantren karena imagenya tersebut..?? atau sibuk dengan berinvestasi pada Sekolah Bertaraf Internasional ( SBI ) dan Boarding house boarding house school....dengan alasan skeptis "penjaminan mutu kompetensi kelulusan" sementara banyak Pondok Pondok Pesantren terutama di pelosok yang tertatih tatih dengan dana mandiri dan seadanya berusaha bertahan demi syiar Islam..dan menghasilkan generasi generasi berkarakter yang memang sudah sejak dari dahulu adab serta ahlak merupakan salah satu pendidikan dasar di Pesantren...??? Bagaimana dengan anda sendiri yang sudah berkecukupan..apakah sudah ada pula peran aktif anda demi kemajuan Di'enul Islam yang diawali dari Pendidikan di Pondok Pondok Pesantren...
Masih akan sulitkah bagi alumnus-alumnus Pondok Pesantren untuk turut andil bela negara masuk dalam dunia militer dengan alasan "tidak memiliki ijazah formal.." ??? ataukah blusukannya penguasa atau calon calon penguasa ke Pondok-Pondok Pesantren untuk sowan ke kyai, hanya untuk mendapatkan simpati dengan di expose di media guna dukungan kekuasaan saja..menjelang PILKADA..??
wallahu'alam...
April -Kalteng-2016
saya IBU WINDA posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan