Siapa yang tidak mengenal sosok Ibnu Sina.
Seorang ulama dengan kegemilangan prestasi dan sejumlah karya. Dia
dikenal dengan sebutan Avicenna di dunia Barat. Dia adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah
menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif di
mana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan.
Bagi banyak orang, dia adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak
lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan
karya-karyanya. Ingin tahu sosok Ibnu Sina seperti apa? Ada 5 Fakta Menarik dari diri beliau, Simak 5 fakta
menarik mengenai Ibnu Sina berikut:
1. Usia belia yang cemerlang
Ibnu Sina sudah menjadi penghafal Alquran
sebelum usia 10 tahun. Ia juga tertarik dengan hakikat dan memahami
metafisika serta semua filsafat Aristoteles di usia belia, 8 tahun. Di
usia yang sama pula atas inisiatif sendiri ia membeli buku tafsir
metafisika Aristoteles karya Al-Farabi seharga 3 dirham. Buku tersebut
kemudian sangat memengaruhi kehidupannya. Kecerdasannya sangat terlihat
sejak ia masih usia belia. Dan memang tanda-tanda sifat kecintaannya
pada ilmu telah terlihat sejak usia muda.
2. Pakar berbagai bidang ilmu
Ibnu Sina juga dikenal dengan kepakarannya
dalam berbagai bidang ilmu. Di bidang kedokteran, Ibnu Sina telah
membahas kanker, tumor, diabetes dan efek palcebo pada materpiece-nya “Al-Qanun fi al-Tibb” (The Canon of Medicine).
Di bidang psikologi, Ibnu Sina adalah pelopor psikofisiologi,
psiokomatik dan neuropsikiatri. Ketertarikan ini membuatnya menulis
banyak jurnal tentang psikologi dan psikiatri, jauh sebelum Carl Jung
dan Sigmund Freud.
Beberapa penyakit psikologi telah ia bahas
seperti halusinasi, insomnia, demenia, vertigo dan lainnya. Di bidang
fisika, Ibnu Sina adalah penemu termometer dan ia selalu menggunakan
alat itu di setiap penelitiannya untuk mengukur suhu udara sekitar. Di
bidang kimia, Ibnu Sina menemukan teknik destilasi uap untuk mengekstrak
minyak Atsiri dari herbal dan rempah-rempah. Di bidang mekanika, ia
telah menjelaskan teori momentum dan inersia. Dan masih banyak bidang
kelilmuan yang dipakarinya.
3. Sifat workaholic
Ibnu Sina disebut-sebut sangat workaholic
(berkerja tak kenal waktu). Ia menghabiskan sepanjang siangnya
melakukan penelitian di laboratorium, mengajar atau menangani pasien. Di
malam hari ia akan belajar dan menulis buku atau jurnal. Sekretarisnya,
Al Jauzakani, bahkan menyatakan Avicenna meninggal akibat kelelahan. ak
jarang kebiasaan ini membuat teman-temannya mengkhawatirkan
kesehatannya dan berusaha mengingatkan melalui teguran. Tanggapannya?
“Lebih baik aku berusia pendek namun penuh makna dan karya daripada
diberi umur panjang yang hampa,” begitu jawabnya. Karena sifat workaholic dan mindset-nya yang mendahulukan ilmu atas segalanya, Ibnu Sina tidak pernah menikah seumur hidupnya.
4. Pecinta ilmu
Di usia yang masih terbilang remaja, yaitu
18 tahun, Ibnu Sina telah memiliki reputasi sebagai ilmuwan fisika.
Pencapaian dan kredibilitas tersebut tentunya hanya mungkin diraih
dengan kecintaan pada ilmu. Tidak diragukan lagi, Avicenna memang sangat
mencintai ilmu. Saat disodori pilihan antara uang dan ilmu, ia tidak
menemui kesulitan untuk menentukan pilihan. Hal itu tercermin ketika
sebelum menetap di Gorgan, Ibnu Sina menyembuhkan Pangeran Mansur dan
diberi pilihan sebagai imbalan. Sebelumnya dokter di daerah tersebut
menyerah hingga akhirnya sang pangeran sembuh di tangannya. Pangeran
yang berlimpah harta kekayaan itu pun menawarinya uang, tanah hingga
istana. Tapi Ibnu Sina ternyata memilih diberi waktu untuk tinggal di
perpustakaan milik sang pangeran selama beberapa hari untuk melahap ilmu
dari koleksi buku-bukunya.
5. Di penjara tetap berkarya
Banyak karya besar terlahir dari balik
jeruji penjara. Ternyata hal ini juga dialami oleh Ibnu Sina. Ibnu Sina
pernah dipenjara 4 bulan karena fitnah lawan-lawan politiknya.
Sebelumnya, ia memang pernah menjabat sebentar di pemerintahan dan
karena kinerjanya sangat bagus, banyak yang tidak menyukainya. Namun
meski hidup di balik terali besi, Ibnu Sina tidak kehilangan energinya.
Sebaliknya ia menjadi sangat produktif. Siang-malam dihabiskannya untuk
menulis.
Salah satu karyanya di masa itu adalah sebuah buku yang kemudian menjadi masterpiece sepanjang masa. Asy-Syifa,
buku yang dimaksud membahas banyak cabang ilmu. Mulai dari metafisika,
geometri, musik, medis, sampai fisika. Ketika akhirnya dibebaskan ia
memutuskan bahwa politik bukan tempatnya. Demi sebuah pencerahan, Ibnu
Sina pun mengembara hanya berbekal pakaian yang melekat di badan,
sedikit uang, dan setumpuk buku.
Biografi Ibnu Sina
Ibnu Sina
bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu Sina
lahir pada 980 M di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan (kemudian Persia). Ia berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah
sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh
ayahnya. Orang tuanya adalah seorang pegawai tinggi pada pemerintahan
Dinasti Saman. Ia dibesarkan di Bukharaja serta belajar falsafah dan
ilmu-ilmu agama Islam.
Saat berusia 10 tahun dia banyak mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil menghafal Al-Qur'an. Ia dibimbing oleh Abu Abdellah Natili, dalam mempelajari ilmu logika untuk mempelajari buku Isagoge dan Prophyry, Eucliddan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu dia juga mendalami ilmu agama dan Metaphysics Plato dan Arsitoteles.
Suatu ketika dia mengalami masalah saat belajar ilmu Metaphysics dari
Arisstoteles. Empat Puluh kali dia membacanya sampai hafal setiap kata
yang tertulis dalam buku tersebut, namun dia tidak dapat mengerti
artinya. Sampai suatu hari setelah dia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li
Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban
dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi
segala ilmu Metaphysics.
Setelah
berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina merasa
tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Ia mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya. Meskipun secara teori dia belum matang,
tetapi ia banyak melakukan keberhasilan dalam mengobati orang-orang
sakit. Setiap kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Allah
agar diberikan petunjuk, maka didalam tidurnya Allah memberikan
pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapinya.
Suatu ketika
saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita sakit keras. Mendengar tentang
kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu Sina, akhirnya dia diminta datang ke
Istana untuk mengobati Amir Nuh Bin Nasr sehingga kesehatannya pulih
kembali. Sejak itu, Ibnu Sina menjadi akrab dengan Amir Nuh Bin Nasr
yang mempunyai sebuah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku yang
sangan lengkap di daerah itu. Sehingga membuat Ibnu Sina mendapat akses
untuk mengunjungi perpustakaan istana yang terlengkap yaitu Kutub
Khana.
Berkat
perpustakaan tersebut, Ibnu Sina mendapatkan banyak ilmu pengetahuan
untuk bahan-bahan penemuannya. Pada suatu hari perpustakaan tersebut
terbakar dan orang-orang setempat menuduh Ibnu Sina bahwa dirinya
sengaja membakar perpustakaan tersebut, dengan alasan agar orang lain
tidak bisa lagi mengambil manfaat dari perpustakaan itu.
Ibnu Sina lahir
di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan
muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia
dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman
Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan dikembangkan lebih
maju oleh para ilmuwan Islam.
Pengembangan
ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi.
Pengembangan ilmu pengetahuan di masa ini meliputi matematika,
astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada zaman
Dinasti Samayid dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti
Buyid dibagian barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung
bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti Samaniyah,
Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahun dunia
Islam.
Saat berusia 22
tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Pemerintahan Samanid menuju
keruntuhan. Masalah yang terjadi dalam pemerintahan tersebut akhirnya
membuatnya harus meninggalkan Bukhara. Pertama ia pindah ke Gurganj, ia
tinggal selama 10 tahun di Gurganj. Kemudia ia pindah dari Gurganj ke
Nasa, kemudian pindah lagi ke Baward, dan terus berpindah-pindah tempat
untuk mempelajari ilmu baru dan mengamalkannya.
Shams al-Ma’äli
Qäbtis, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibnu Sina mengharapkan
menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal
dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ia sendiri pada saat itu
terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut
Kaspi, ia bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman
didekat rumahnya sendiri di mana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi.
Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini, dan
permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.
Kemampuan Dalam Bidang Kedokteran dan Filsafat
Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun fit Thibb, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain lengkap, disusunnya secara sistematis. Kitab Al-Qanun
tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan
paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran,
obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan
gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam.
Ibnu Sina
berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi.
Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai
persoalan filsafat yang masih belum terjawab sebelumnya. Pengaruh
pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di
bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga
merambah Eropa.
Albertos
Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun
1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan
lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama
pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen
dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran
filsafat besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika
Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya
diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Karya-karya dari Ibnu Sina
Karya yang
ditulis oleh Ibnu Sina diperkiranan antara 100 sampai 250 buah judul.
Karya-karya Ibnu Sina yang terkenal dalam Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat, dan Al-Isyarat. Karyanya yang terkenal dalam bidang kedokteran adalah Al-Qanun.
Kualitas karyanya yang bergitu luar biasa dan keterlibatannya dalam
praktik kedokteran, mengajar, dan politik, menunjukkan tingkat kemampuan
yang luar biasa. Selain itu, ia banyak menulis karangan-karangan pendek
yang dinamakan Maqallah. Beberapa Karyanya diantara lain :
- Al-Qanun fi Thib (aturan pengobatan)
- Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
- Al-Inshaf (buku tentang keadilan sejati)
- An-Najah (buku tentang kebahagiaan Jiwa)
- Al-Musiqa (Buku tentang musik)
- dan sebagainya.
Selain karya filsafatnya tersebut, Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair. Beberapa esainya yang terkenal adalah :
- Hayy ibn Yaqzhan
- Risalah Ath-Thair
- Risalah fi Sirr Al-Qadar
- Risalah fi Al- 'Isyq
- Tahshil As-Sa'adah
Beberapa karya puisinya yaitu :
- Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
- Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
- Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah
Dalam sejarah
pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina memperoleh
penghargaan yang tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-satunya
filsafat besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang
lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi
filsafat muslim beberapa abad. Kehidupan Ibnu Sina dihabiskan untuk
urusan negara dan menulis. Pada usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina
meninggal dan dikuburkan di Hamazan. Ibnu Sina adalah contoh dari
peradaban besar Iran di zamannya.
0 komentar:
Posting Komentar