Pada saat ini pembelajaran PAKEM yang di gembar - gemborkan para pemimpin dunia pendidikan Indonesia yang sebenarnya bukan ide dari negara kita, melainkan Program Managing Basic Education atau (MBE), yang didukung dan didanai oleh USAID, bertujuan meningkatkan mutu dan efisiensi pengelolaan pendidikan dasar dalam rangka desentralisasi pemerintahan.
Program ini dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota, dengan mengembangkan praktik-praktik yang baik yang sudah ada. Program juga mendorong pengembangan dan diseminasi praktik yang baik serta gagasan-gagasan lain di tingkat kabupaten/kota. Praktik-praktik ini meliputi:•Pengelolaan Sumber Daya, khususnya Fasilitas dan Pegawai.•Pendanaan Sekolah secara langsung untuk menunjang Manajemen Berbasis Sekolah.•Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) dan Peran Serta Masyarakat (PSM). Namun para pemerhati pendidikan banyak melakukan perkembangan yaitu dengan mencetuskan PAIKEM GEMBROT, yang artinya Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot ) Ini menjawab persoalan dari pararekan guru yang banyak menanggapi dari PAKEM, para guru banyak bertanya bagaimana bisa kalau kita dikejar oleh alokasi waktu dan siswa yang malas dalam belajar. Disini dituntut bukan hanya kreasi dari guru tetapi Inovasi guru dalam mengatur siswa dan alokasi waktu tersebut dengan kondisi siswa dan sekolah serta lingkungan masyarakat.
MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM
BAB I
PENDAHULUAN
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berikut akan dijelaskan mengenai model pembelajaran PAIKEM.
BAB II
PEMBAHASAN
Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir. Dalam model pembelajaran sudah mencakup penerapan suatu pendekatan (strategi), metode, teknik atau taktik pembelajaran sekaligus. Jadi cakupannya lebih luas. Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, satu model pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode, teknik atau taktik pembelajaran sekaligus.
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan proses belajar mengajar yang berlangsung menyenangkan dengan melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tersebut, tentu saja diperlukan ide-ide kreatif dan inovatif guru dalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar tidak tercapai dengan baik.
Model pembelajaran tersebut mengarah pada pembelajaran yang tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat belajar (teacher centered learning) karena ada asumsi bahwa pembelajaran yang terlalu didominasi oleh guru dapat menyebabkan peserta didik kurang aktif dan kreatif selama proses pembelajaran. Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik, tidak membosankan, dan lebih menyenangkan serta efektif.
Pembelajaran PAIKEM hadir sebagai solusi, karena pembelajaran model ini lebih memungkinkan guru maupun siswa untuk sama-sama akif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, strategi ini juga lebih memungkinkan guru dan siswa untuk sama-sama memunculkan jiwa kreatifnya dalam kegiatan pembelajaran. Guru berupaya kreatif mencoba berbagai cara dalam melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran. Sementara peserta didik juga dituntut kreatif untuk memperoleh pengetahuan dan berinteraksi dengan sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat bantunya.
Untuk memperjelas arti PAIKEM dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active menurut Hornby, yakni: “in the habit of doing things, energetic”. Artinya, terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, dan sebagainya. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.
Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu atau siswa yang belajar. Permasalahannya hanya terletak dalam kadar atau bobot keaktifan belajar siswa. Ada keaktifan belajar kategori rendah, sedang, dan ada pula keaktifan belajar kategori tinggi. Dengan begitu, maka hakikat dari pembelajaran aktif pada adasarnya adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran agar siswa terlibat baik secara intelektual maupun emosional agar ia betul-betul berpartisipasi dalam melakukan kegiatan belajar.
Paul D. Diedrich membagi kegiatan belajar aktif ke dalam delapan kelompok, yaitu:
a. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, mengamati demonstrasi dan pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan moral: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, dan diskusi.
c. Kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat out-line, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, pola. f. Kegiatan motorik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun.
g. Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan, membuat keputusan. h. Kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara menghubungkan media/alat bantu teknologi baru kedalam proses pembelajaran. Dengan begitu, terjadi proses perbaikan mental, di antaranya membangun rasa percaya diri murid. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan alternatif.
Misalnya pelajaran bahasa Inggris di madrasah, tidak perlu memakai materi asli yang cenderung sekuler. Bahasa Inggris untuk MTs bisa dikembangkan sendiri, misalnya dengan menggunakan wacana-wacana ke-Islam-an tentang shalat, puasa, zakat/sedekah, dan pergi haji. Penggunaan wacana khusus ini tidak berarti harus mengabaikan wacana umum yang lazim.
Namun, wacana-wacana umum itu disajikan secara inovatif dalam artian menggunakan metode dan bahan serta kosakata yang berbeda dan dapat dipandang Islami. Misalnya ketika menjelaskan struktur kalimat the simple present tense yang menceritakan kegiatan sehari-hari/kebiasaan misalnya, seorang guru bahasa Inggris bisa menggunakan contoh kalimat: “I do the Jumah prayer in the grand mosque every Friday” (Setiap hari Jumat saya shalat Jumat di masjid agung) atau “Sinta always helps her mother in the kitchen after praying the maghrib” (Setelah shalat maghrib, Sinta selalu membantu ibunya di dapur), dan sebagainya. Kalimat seperti ini tidak hanya Islami, tetapi juga bersifat inovatif dan lebih bermanfaat daripada kalimat yang tidak ada signifikansinya yang berbunyi sekedar “Birds fly in the sky” (Burung-burung terbang di angkasa) apalagi kalimat yang berbunyi “John goes to the beach with Jane every Sunday” (Setiap hari Minggu John pergi ke pantai bersama Jane).
Di satu sisi, guru bertindak inovatif dalam hal:
a. Menggunakan materi baru yang bermanfaat dan bermartabat
b. Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru
c. Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan
d. Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran
Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:
a. Mengikuti pembelajaran inovatif dengan aturan yang berlaku
b. Berupaya mencari materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan
c. Menggunakan perangkat teknologi yang maju dalam proses belajar
3. Pembelajaran Kreatif
Model pembelajaran ini diharapkan dapat menantang para siswa untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif, sebagai reaksi atau pencerminan pemahamannya terhadap masalah/topik yang sedang dikaji. Pembelajaran kreatif merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Misalnya dengan kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.
b. Siswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan eksplorasi dan interpretasi.
c. Siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas bersama.
d. Menumbuhkan/menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Guru mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir keras untuk mengeluarkan ide-ide mereka dan guru juga mendorong untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik yang dibahas dengan caranya sendiri. Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, model pembelajaran kreatif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif.
Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
Di satu sisi, guru bertindak kreatif dalam arti:
a. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam
b. Membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana
Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:
a. Merancang/membuat sesuatu
b. Menulis/mengarang
4. Pembelajaran Efektif Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini lebih menekankan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar. Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif.
Oleh karena itu, guru harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Di satu sisi, guru menjadi pengajar yang efektif, karena:
a. Menguasai materi yang diajarkan
b. Mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh
c. Menghargai siswa dan memotivasi siswa
d. Memahami tujuan pembelajaran
e. Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah
f. Menggunakan metode yang bervariasi
g. Mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca
h. Mengajarkan cara mempelajari sesuatu
i. Melaksanakan penilaian yang tepat dan benar
Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:
a. Menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan
b. Mendapat pengalaman baru yang berharga
5. Pembelajaran Menyenangkan Pembelajaran yang menyenangkan perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa.
Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu. Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu bentuk proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure).
Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah:
a. Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (Stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.
b. Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan
c. Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan
d. Adanya situasi belajar yang menantang bagi peserta didik untuk berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari
e. Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan.
Dalam pembelajaran yang menyenagkan guru tidak membuat siswa:
a. Takut salah dan dihukum
b. Takut ditertawakan teman-teman
c. Takut dianggap sepele oleh guru atau teman
Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa:
a. Berani bertanya
b. Berani mencoba/berbuat
c. Berani mengemukakan pendapat/gagasan
d. Berani mempertanyakan gagasan orang lain
Terdapat empat aspek yang memengaruhi model pembelajaran PAIKEM, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam sebuah pembelajaran terdapat empat aspek tersebut, maka kriteria PAIKEM terpenuhi.
1) Pengalaman
Pada aspek ini siswa di ajarkan untuk belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak cara penerapannya seperti eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di aspek pengalaman ini anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak tersebut.
2) Komunikasi
Pada aspek ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Di aspek ini ada hal-hal yang ingin di dapatkan, misalnya anak dapat mengungkapkan gagasan, mengeluarkan gagasan, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh guru.
3) Interaksi
Pada aspek ini dilakukan dengan tanya jawab dan saling melempar pertanyaan. Dengan seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh anak-anak, berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
4) Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah dilakukan anak-anak dalam kelas selama mereka belajar. Hal ini dilakukan supaya ada perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar mereka tidak mengulangi lagi kesalahan.
B. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melaksanakan PAIKEM
Dalam mengimplementasikan PAIKEM, guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Memahami sifat yang dimiliki siswa
Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu.
2. Memahami perkembangan kecerdasan siswa
Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal-Operational. Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri. Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar telah memiliki kedewasaan berpikir, dapat dicontohkan ketika ia menggunkan pikiran hipotesisnya sewaktu mendengar pernyataan seorang kawannya, seperti: “Kemarin seorang penggali peninggalan purbakala menemukan kerangka manusia berkepala domba dan berkaki empat yang telah berusia sejuta tahun”. Apa yang salah dalam pernyataan ini? Remaja pelajar tadi, setelah berpikir sejenak dengan serta-merta berkomentar: “omong kosong”. Ungkapan “omong kosong” ini merupakan hasil berpikir hipotetis remaja pelajar tersebut, karena mustahil ada manusia berkepala domba dan berkaki empat betapapun tuanya umur kerangka yang ditemukan penggali benda purbakala itu.
3. Mengenal siswa secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.
4. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau melakukan sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individualnya berkembang.
5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar sesngguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis.
6. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Rungan kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruangan kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membant guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah. 7. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. 9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental
Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental lebih berarti daripada aktif secara fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan, dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru itu sendiri. Berkembangan rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip PAIKEM.
C. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran Cara mengimplementasikan PAIKEM mencakup berbagai kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Berikut ini disajikan tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru yang bersesuaian. Kemampuan Guru
Kegiatan Pembelajaran Guru merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang beragam, misalnya: a. Percobaan
b. Diskusi kelompok
c. Memecahkan masalah
d. Mencari informasi
e. Menulis laporan/cerita/puisi
f. Berkunjung ke luar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
a. Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
b. Gambar
c. Studi kasus
d. Nara sumber
e. Lingkungan
Guru memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan keterampilannya
Siswa:
a. Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
b. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
c. Menarik simpulan
d. Memecahkan masalah, mencari rumusan sendiri
e. Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
Melalui:
a. Diskusi
b. Lebih banyak perrtanyaan terbuka
c. Hasil karya yang merupakan pemikiran siswa sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa sendiri
a. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
b. Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
c. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari
a. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
b. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai kegiatan pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus
a. Guru memantau kerja siswa
b. Guru memberikan umpan balik
D. Karakteristik PAIKEM
1. Berpusat pada siswa:
a. Guru sebagai fasilitator, bukan penceramah
b. Fokus pembelajaran pada siswa bukan pada guru
c. Siswa belajar secara aktif
d. Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karyanya sendiri, tidak hanya mengutip dari guru
2. Belajar yang menyenangkan
3. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu
4. Belajar secara tuntas
5. Belajar secara berkesinambungan
6. Belajar sesuai dengan kekinian dan kedisinian
E. Mengapa PAIKEM Perlu Diterapkan?
Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa perlunya PAIKEM diterapkan di sekolah, yaitu:
1. PAIKEM lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif, sementara para siswanya pasif, sehingga pembelajaran membosankan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang menakutkan siswa.
2. PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat.
F. Contoh Model Pembelajaran PAIKEM
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Topik : Bahaya Minuman Keras (Khamr)
Berikut ini akan diuraikan contoh rancangan pendekatan PAIKEM untuk proses pembelajaran tentang bahaya minuman keras (khamr) dalam Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode Ceramah Plus Role Playing (bermain peran). Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan metode bermain peran yang dipadukan dengan metode ceramah. Langkah-langkah ini menurut Shatel dan Shaftel, secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Memotivasi kelompok-kelompok siswa yakni kelompok pemegang peran dan kelompok penonton/pengamat. Dalam merangsang minat siswa terhadap kegiatan bermain peran, guru perlu menawarkan masalah yang baik. Masalah-masalah yang baik harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Masalah-masalah itu aktual
b. Masalah itu berkaitan dengan kehidupan
c. Masalah itu merangsang rasa ingin tahu siswa
d. Masalah itu bersifat problematik dan memungkinkan terpakainya berbagai alternatif pemecahan masalah.
Perhatikan uraian berikut!
Bahaya minuman keras yang telah menimbulkan kerusuhan antar-remaja termasuk Anton, seorang pelajar SMA. Dikisahkan bahwa: Anton pada mulanya adalah seorang anak yang baik dan rajin beribadah. Dulu ia tinggal bersama ibunya yang telah menjanda di sebuah rumah dekat mesjid. Setelah ibunya meninggal, ia diajak pindah ke rumah pamannya di kota, disebuah lingkungan kumuh yang jauh dari mesjid. Anak-anak muda di sekitar lingkungan itu senang bergerombol di mulut-mulut gang sambil menenggak minuman keras dan berteriak-teriak. Sayangnya, Anton yang baik itu pun terpengaruh dan menyukai minuman keras pula, lalu bergabung bersama anak-anak berandal tetangganya itu. Kini Anton harus meringkuk dalam tahanan polisi karena telah melukai seseorang ketika dia mabuk dan terlibat dalam aksi tawuran antarkelompok remaja kota itu.
Setelah bahaya minuman keras yang membahayakan Anton tadi diidentifikasi secara rinci, selanjutnya guru menetapkan peran-peran tertentu yang dimainkan siswa. Apapun peran yang dimainkan oleh siswa pada prinsipnya harus bermuara pada pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Mengapa minuman keras itu diharamkan?
b. Bagaimana sebaiknya Anton berbuat?
c. Bagaimana sebaiknya saya berbuat?
2. Memilih pemeran. Pada tahap kedua ini, bersama-sama para siswa, guru mendiskusikan gambaran karakter-karakter yang akan diperankan. Selanjutnya guru menawarkan peran-peran itu kepada siswa yang layak. Dalam hal ini guru juga dapat menggunakan jasa satu atau dua orang siswa yang dianggap cakap untuk memilih siswa-siswa yang pantas menjadi aktor “X”, aktor “Y” dan seterusnya.
3. Mempersiapkan pengamat. Pengamat ini diambil dari kalangan siswa sendiri, ia terlibat dalam cerita yang dimainkan. Agar seorang pengamat merasa terlibat, ia perlu diberi penjelasan mengenai tugas-tugasnya. Tugas-tugas itu meliputi:
a. Menilai tingkat kecocokan peran yang dimainkan dengan masalah yang sesungguhnya
b. Menilai tingkat penghayatan pemeran terhadap tokoh (peran yang dimainkan).
4. Mempersiapkan tahapan peranan. Dalam bermain peran ini tidak diperlukan adanya dialog khusus seperti dalam sinetron, sebab yang dibutuhkan para siswa aktor itu adalah dorongan untuk berbicara dan bertindak secara kreatif dan spontan. Walaupun begitu, garis besar adegan yang akan dimainkan perlu disusun secara tertulis.
5. Pemeranan. Setelah segala sesuatunya siap, mulailah para aktor memainkan peran masing-masing secara spontan sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan.
6. Diskusi dan evaluasi. Seusai semua peran dimainkan, diskusi dan evaluasi perlu diadakan. Dalam hal ini guru dan para aktor serta pengamat hendaknya melakukan pertukaran pikiran dalam rangka menilai bagian-bagian peran tertentu yang belum dimainkan secara sempurna.
7. Pengulangan pemeranan. Dari diskusi dan evaluasi tadi biasanya akan muncul gagasan baru mengenai alternatif lain pemeranan. Alternatif ini kemudian digunakan untuk memainkan lagi topik cerita bermain peran secara lebih baik.
8. Diskusi dan evaluasi ulang. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji kembali hasil pemeranan ulang pada langkah ketujuh tadi. Dari tahapan ini diharapkan akan muncul strategi-strategi pemecahan masalah yang lebih inovatif dan kreatif.
9. Menarik generalisasi. Tahapan terakhir ini dilaksanakan untuk menarik faedah pokok yang terkandung dalam bermain peran, yakni membantu para siswa memperoleh beberapa pengalaman baru yang berharga melalui aktivitas interaksi dengan orang lain.
G. Kelebihan dan Kekurangan PAIKEM
1. Kelebihan PAIKEM
a. Dalam pakem siswa belajar bekerja sama
b. Paikem mendorong siswa menghasilkan karya kreatif
c. Paikem menghargai potensi semua siswa
d. Peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar karena adanya variasi dalam proses pembelajaran
e. Peserta didik dapat lebih mengembangkan dirinya
f. Peserta didik tidak jenuh dengan pembelajaran di kelas
g. Mental dan fisik peserta didik akan terasah secara optimal
h. Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional
i. Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah
j. Metode ini mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi.
k. Melatih siswa menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri
2. Kekurangan PAIKEM
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum
b. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukannya.
c. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru.
d. Membutuhkan dana, dalam pembelajaran PAIKEM sering kita memakai media sehingga membutuhkan biaya yang lebih untuk menunjang proses pembelajaran
e. Pengembangan RPP, dalam pembelajaran PAKEM guru dituntut untuk kerja extra dalam pengembangan pembuatan RPP agar dapat menciptakan pembelajaran yang diinginkan
f. Manajemen kelas, dalam pembelajaran ini guru harus selalu dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) adalah model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Model ini dikemas sedimikian rupa mulai dari tahap perencanaan, materi, metode, strategi, dan penilaiannya semuanya tercakup dalam model ini. Tujuannya adalah agar pembelajaran tidak menjadi membosankan dan tidak hanya pada guru yang aktif tetapi siswa juga dituntut untuk berani tanpa rasa takut berkreasi dan mengeluarkan pendapat.
Dalam pembelajaran menggunakan model PAIKEM ini diharapkan tidak memberikan kesan yang monoton dan menakutkan bagi siswa. Jadi siswa bisa bergerak dengan leluasa dalam pembelajaran, siswa menjadi tidak takut salah dalam mengeluarkan pendapat, tidak takut dimarahi oleh guru. Karena model PAIKEM ini adalah pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa berkreasi tanpa rasa takut. Namun juga tidak dipungkiri bahwa model PAIKEM ini memiliki beberapa kekurangan baik dalam penerapannya atau hal yang lainnya. Untuk itu diaharapkan guru semaksimal mungkin mengurangi celah dari kekurangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010.
Jauhar, Mohammad. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustakaraya, 2011.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta, Rineke Cipta, 2010.
Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 1996.
Hamalik, Oemar. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2001.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Kompunen Layanan Khusus, Jakarta, PT Rineke Cipta, 2009.
Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, Rajawali Pers, 2011.
0 komentar:
Posting Komentar