Minggu, 08 Mei 2016
Home »
PENDIDIKN BERKARAKTER
,
PONDOK PESANTREN
,
SEPUTAR PENDIDIKAN
» PONDOK PESANTREN SEBAGAI WAHANA REVOLUSI MENTAL
PONDOK PESANTREN SEBAGAI WAHANA REVOLUSI MENTAL
Masih ingatkah anda pada kampanye pilpres tahun 2015 yang lalu yang di usung oleh Presiden kita sekarang “Jokowi” tema atau gagasan ‘revolusi mental’ gagasan tersebut lah yang mengantarkan beliau naik ke RI 1, sebetulnya Gagasan ini bukanlah sebuah gagasan yang baru, karena presiden RI pertama kita IR Soekarno juga pernah menyampaikan gagasan ini pada pidato HUT RI ke-11 tahun 1956. Perlukan kita mengadakan revolusi mental..?? satu revolusi terjadi jika telah terjadi kejenuhan yang akut akibat sistem yang tidak berjalan dengan baik sehingga orang menghendaki satu perubahan secara testruktural.
Mari kita tengok sama sama keadaan generasi muda sa’at ini, jika anda yang terbiasa menggunakan internet dengan memasukan beberapa kata pencari di search engine akan bermunculan banyak sekali, baik itu gambar, video, dan lain sebagainya yang “nyeleneh” bahkan sangat tidak senonoh mengenai anak anak SMP, atau SMA yang berani berpose, atau mengupload video yang vulgar dan asusila. adakah "takut dan malu di mental mereka..?? takut oleh Allah SWT terutama, dan bagaimana perasaan mereka jika orang tua mereka mengetahui kelakuan mereka ini, dengan menebar aib di media online...?
Sedemikian bobroknyakah mentalitas generasi muda bangsa kita..?? yang sudah kerasukan budaya-budaya Barat yang seakan tidak terbendung, terkena pengaruh Yahudi yang memang akan selalu berusaha untuk merusak Islam..?? Dikota kota besar terutama, free sex, narkoba, minuman keras, photo dan video tidak senonoh di HP HP siswa bukan satu rahasia lagi, sehingga fikiran dan imaginasi mereka tercampuri hal hal kotor.
Lalu apa itu Revolusi mental..?
Pertama, kita harus mengetahui apa definisi mental yang sebenarnya. Hasan Langgulung, mendefinisikan mental adalah “paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang dapat berpengaruh terhadap emosi”. Menurut Dr. Karlina Supelli juga memaknai ‘mental’ sebagai nama bagi segala sesuatu yang menyangkut cara hidup, cara berfikir, cara memandang masalah, cara merasa, cara mempercayai atau meyakini, cara berprilaku dan bertindak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mental merupakan cara hidup dan cara berfikir seseorang dalam memandang masalah yang ada dalam kehidupan sekitarnya, dalam hal ini mental dapat disimpulkan juga sebagai karakter yang ada dalam diri manusia. Dalam sebuah Negara mental juga dapat diartikan sebagai karakter atau budaya yang melekat pada bangsa tersebut.
Kedua, melihat akan kondisi bangsa ini, masih banyak tradisi dan budaya yang terbawa dari rezim orde baru dan dilaksanakan sampai sekarang seperti korupsi, intoleransi terhadap perbedaan, sifat kerakusan, sifat ingin menang sendiri, menyelesaikan masalah dengan kekerasan dan sifat oportuni yang masih melekat pada karakter rakyat-rakyat Indonesia. Ditambah lagi, dengan datangnya globalisasi yang membawa berbagai dampak buruk bagi karakter bangsa kita, seperti budaya malu, yang dahulunya tinggal dalam darah rakyat Indonesia kini memudar seiring perubahan zaman. Hal tersebut sering dianggap sepele kebanyakan orang, namun dampaknya akan terlihat jelas dari moral rakyat Indonesia.
Namun saat ini masalahnya, dari manakah revolusi mental ini dimulai?
Masalah mentalitas bangsa merupakan bagian dari masalah kultural. Oleh karena itu salah satu cara menyelesaikanya juga harus melaluicara kultural juga. Prof. Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan Mentalitas tahun 1987merekomendasikan bahwa untuk mengubah mentalitas manusia Indonesia, tidak ada pilihan lain kecuali kepada seluruh anak-anak Indonesia yang dapat dijadikan sasaran dengan sosialisasi nilai-nilai budaya yang positif.
Kata kuncinya adalah sosialisasi, yang mengkulturasikan nilai-nilai budaya yang positif sebagai cara hidup. Salahsatu aspek yang dapat menunjang anak-anak Indonesia untuk bersosialisasi dengan baik adalah pendidikan. Mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam membentuk mental anak bangsa. Pengembangan kebudayaan maupun karakter bangsa dapat diwujudkan melalui ranah pendidikan.
Lalu Pendidikan yang bagaimana yang dapat dijadikan sarana untuk revolusi mental?
Kita telah mengetahui bahwa untuk melakukan revolusi mental, kita harus memulai dari muda-mudi bangsa kita, karena di masa yang akan datang datang merekalah yang akan memimpin bangsa ini. Namun sarana apa yang cocok untuk menempa jiwa para muda-mudi Indonesia saat ini.
Dalam konteks ini pendidikan karakter lah yang sangat cocok untuk melakukan revolusi mental, mengapa demikian? Karena dalam kasus ini mental lah yang menjadi krisis utama bangsa kita, oleh karena itu hanya melalui pendidikan karakterlah revolusi mental dapat di mulai. Pada Pondok - pondok pesantren pendidikan karakter ini sudah berlangsung sejak adanya Pesantren di Indonesia ini, dimana Adab dan Ahlak merupakan salah satu pondasi dasar yang dipelajari di Pondok, sementara Pemerintah baru mendengung dengungkannya baru baru ini setelah melakukan berbagai analisa. Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.
Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang anyak dipengaruhi oleh budaya lingkungan sekitarnya. Oleh karna itu, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat
Dalam menjalankan pendidikan karakter dibutuhkan waktu yang cukup lama dan perhatian yang cukup supaya kita bisa mengetahui perkembangan karakter para siswa. Dalam pendidikan formal, siswa hanya mendapat pantauan sesaat dari para pengurus sekolah selebihnya meraka tidak tahu apa yang dilakukan para siswa setelah sepulang sekolah. Oleh karena itu, pondok pesantren merupakan satu-satunya sarana yang dapat menunjang pendidikan karakter.
Pada dasarnya ada enam pilar utama pembentukan karakter yaitu: Kepercayaan, toleransi, tanggung jawab, keadilan, kepedulian dan kejujuran. Melalui Pondok pesantren lah keeneam pilar itu dapat dilestarikan. Dalam sebuah pondok pesantren Seluruh santri selalu mengutamakan keistiqomahan yang selalu di tekankan, hal ini merupakan kerakter dasar yang harus ada dalam diri manusia.
Selain dari lingkungan yang sangat baik untuk mengadakan pendidikan karakter karena para santri memiliki teladan yang bai yang dapat mereka tiru. Sistem dalam pesantren pun sangatlah mumpuni dalam mendidik karakter kita. Sistem Disiplin, penjadwalan kegiatan dan sanksi (ta’jir) merupakan budaya dalam seubuah pondok pesantren, budaya ini pun yang senantiasa membangun karakter para santri, melalui sistem disiplin santri akan dapat menjadi orang yang menghargai waktu, melalui sistem penjadwalan, santri dapat melatih keistiqomahan mereka dalam melaksanakan sesuatu dan melalui sistem sanksi, santri dapat bertanggung jawab atas apa yang telah mereka perbuat. Selain karena sejak awal para santri telah di gembleng dalam hal ketauhidanya, sistem dalam pesantren ini pun dapat menjadi asupan yang sangat baik dalam pendidikan karakter.
Di Pondok Pondok Pesantren tidak akan seperti di sekolah sekolah umum dimana siswa siswi bisa bergaul bebas, bahkan sudah mulai pacaran, pulang sekolah boncengan di motor, dengan perempuannya memeluk erat dibelakang, untuk era sekarang lebih ngeri lagi walau pake rok perempuannya duduk mengangkang..na’udzubillah tsumma na’udzubillah..hal seperti itu Insya Allah tidak akan terjadi di Pondok Pondok Pesantren, Santri Pondok ketemu perempuan pasti malu, jengah, kepala nunduk..apalagi melihat perempuan ngumpul “merah muka mereka jalanpun setengah lari..kabur..”
Dipondok mana yang pernah terdengar ada tawuran santri..sampai bawa bawa parang atau senjata tajam..?? atau pernahkah terdengar santri pondok A nyerang santri Pondok Pesantren B..terus tawuran di jalan..?? Insya Allah gak ada, kenapa..?? Karena di Pondok pesantren kebersamaan dan arti persahabatan serta saling menghargai antar sesama selalu dipupuk, seperti saling berbagi makanan, makan bareng dsb.
Pernahkah anda membaca atau mendengar pemberitaan di media seorang anak tega menganiaya Orang tuanya..?? ini contohnya https://m.tempo.co/read/news/2015/12/18/064728784/kesal-tak-diberi-uang-jajan-siswa-smp-ini-aniaya-ayah-kandung dan masih banyak sekali contoh lainnya, namun di Pondok Insya Allah Hal tersebut tidak akan pernah ada, belum ada pemberitaan seorang santri tega membunuh ayahnya sendiri , menghormati orang tua adalah budaya santri yang berakar kuat di jiwa mereka, dengan pisahnya ( mondok ) santri dengan orang tua “kebersamaan” merupakan satu nilai yang tiada taranya, dan tentunya juga bimbingan ahlak dan adab yang harus diterapkan pada orang tua.
Kreatifitas, Disiplin akan waktu, solidaritas, danmasih banyak nilai nilai positif lainnya yang menjadi bahan pembelajaran untuk para santri yang nantinya akan mereka bawa dalam kehidupan bermasyarakat dengan lingkungan sosial mereka..
Sebagai penutup Dorothy LawNolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki, jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi, jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri, jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri, jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri, jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai, jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan, jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan, jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri, jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Akhirul Kata...”Semoga Allah selalu mencurahkan Rahmat-Nya pada Pondok Pondok Pesantren, demi langgeng dan kuatnya Syiar dan Da’wah serta menjadi satu kekuatan bagi bangsa ini”..amiinnn
Pembuang Hulu, - Kalteng
08 Mei Menjelang UN SMP 2016
A. Herman Fattah
saya IBU WINDA posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan