Jika kita mengajukan pertanyaan pada anak anak kita, siapakah penemu pesawat terbang nak..?? jawaban yang muncul pasti Wright bersaudara, begitu yang tertera dibuku buku pelajaran, bahkan saya sendiripun mengetahuinya "dulu" penemu pertama konsep terbang adalah Wright bersaudara.
Abbas Qasim Ibnu Firnas (di Barat dikenal dengan nama Armen Firman) dilahirkan pada tahun 810 Masehi di Izn-Rand Onda, Al-Andalus (kini Ronda, Spanyol). Dia dikenal ahli dalam berbagai disiplin ilmu, selain seorang ahli kimia, ia juga seorang humanis, penemu, musisi, ahli ilmu alam, penulis puisi, dan seorang penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko ini hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol).
Pada tahun 875, saat usianya
menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin
terbang yang mampu membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil
dibuat, ia sengaja mengundang orang-orang Cordoba untuk turut
menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the
Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.
Penerbangan yang disaksikan secara luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses. Sayangnya, karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Penerbangan yang disaksikan secara luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses. Sayangnya, karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Kecelakaan itu terjadi karena Ibnu
Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka
untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat
layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal
mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.
Cedera punggung yang tak kunjung
sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-proyek penelitian di
laboratorium. Seperti biasanya, ia meneliti gejala-gejala alam di
antaranya mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat,
menentukan tabel-tabel astronomis, dan merancang jam air yang disebut
Al-Maqata. Ibnu Firnas pun berhasil mengembangkan formula untuk membuat
gelas dari pasir. Juga mengembangkan peraga rantai cincin yang digunakan
untuk memperlihatkan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang.
Yang tak kalah menariknya, Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat penemuannya ini, Sepanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.
Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.
Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.
Yang tak kalah menariknya, Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat penemuannya ini, Sepanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.
Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.
Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.
Tidak banyak orang yang mengetahui
bahwa gegap gempitanya industri pesawat terbang modern seperti saat ini,
tidak lepas dari perjuangan seorang Ibnu Firnas yang rela babak belur
untuk sekadar melayang sebentar layaknya burung terbang.
Sosok Abbas Ibnu Firnas, kini hanya bisa kita temui tercetak di atas sebuah prangko buatan Libia, menjelma pada sosok patung dan nama lapangan terbang di Baghdad, dan abadi di salah satu kawah permukaan Bulan. Pada abad ke-8, seorang Muslim Spanyol, Abbas Ibnu Firnas, telah menemukan, membangun, dan menguji konsep pesawat terbang. Konsep pesawat terbang Ibnu Firnas inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon lepas 500 tahun setelah Ibn Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbang.
Sosok Abbas Ibnu Firnas, kini hanya bisa kita temui tercetak di atas sebuah prangko buatan Libia, menjelma pada sosok patung dan nama lapangan terbang di Baghdad, dan abadi di salah satu kawah permukaan Bulan. Pada abad ke-8, seorang Muslim Spanyol, Abbas Ibnu Firnas, telah menemukan, membangun, dan menguji konsep pesawat terbang. Konsep pesawat terbang Ibnu Firnas inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon lepas 500 tahun setelah Ibn Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbang.
Sekitar 200 tahun setelah Bacon atau
700 tahun pasca uji coba Ibnu Firnas, barulah konsep dan teori pesawat
terbang dikembangkan. Pada
tahun 875, Ibnu Firnas membuat sebuah prototipe atau model pesawat
terbang dengan meletakkan bulu pada sebuah bingkai kayu. Inilah catatan
dokumentasi pertama yang sangat kuno tentang pesawat terbang layang.
Sekilas tentang Ibnu firnas Abbas
Ibnu Firnas atau Abbas Qasim Ibnu Firnas (dikenal dengan nama Latin
Armen Firman) dilahirkan di Ronda, Spanyol pada tahun 810 M. Dia dikenal
sebagai orang Barbar yang ahli dalam bidang kimia dan memiliki karakter
yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang-barang berteknologi
baru saat itu.Pria yang suka bermain musik dan
puisi ini hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Spanyol (dulu
bernama Andalusia). Masa kehidupan Ibnu Firnas berbarengan dengan masa
kehidupan musikus Irak, Ziryab.
Pada tahun 852, di bawah
pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu Firnas membuat
pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba saat itu. Dia ingin melakukan
ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita dengan menggunakan
‘sayap’ atau jubah tanpa lengan yang dipasangkan di tubuhnya.
Patung Ibnu Firnas ( 810 – 887 A.D ) di Baghdad
Dia berhasil mendarat walaupun
dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang
kemudian dikenal dengan parasut pertama di dunia. Menara Masjid Mezquita
di Cordoba menjadi saksi bisu perwujudan konsep pertama pesawat terbang
yang lahir dari pemikiran seorang Muslim.
Keberhasilannya itu tidak lantas
membuat Ibnu Firnas berdiam diri. Dia kembali melakukan serangkaian
penelitian dan pengembangan konsep serta teori dari gejala-gejala alam
yang diperhatikannya. Karya-karya
baru pun bermunculan dari buah pemikiran Ibnu Firnas. mulai dari puisi,
kimia, sampai astronomi, semuanya dipelajarinya dengan satu tujuan,
yaitu mampu memberikan manfaat bagi umat manusia.
Di antara hasil karyanya yang
monumental adalah konsep tentang terjadinya halilintar dan kilat, jam
air, serta cara membuat gelas dari garam. Ibnu Firnas juga membuat
rantai rangkaian yang menunjukkan pergerakan benda-benda planet dan
bintang. Selain itu, Ibnu Firnas pun menunjukkan cara bagaimana memotong
batu kristal yang saat itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Mesir.
Penemuan
Terbang Pertama
Patrons karya Abbas ibn Firnas. Sebuah puncak Science yang menelusuri angkasa luar yang menandai kegemilangan zaman al-Andalus. Dari dasar-dasar grafitasi ini ibn Firnas sudah menentukan dasar-dasar bagi pembuatan pesawat angkasa, 600 th sebelum Leonardo da Vinci berimaginasi dengan planetariumnya.
Pada tahun 852, di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Rahman II, Ibnu Firnas memutuskan untuk melakukan ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari jubah yang disangga kayu. Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya, ia pun berhasil mendarat walau dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal sebagai parasut pertama di dunia.
Keberhasilannya itu tak lantas membuatnya berpuas diri. Dia kembali melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori yang ia adopsi dari gejala-gejala alam yang kerap diperhatikannya.
Pada tahun 875, saat usianya menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang mampu membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil dibuat, ia sengaja mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.
Penerbangan yang disaksikan secara luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses. Sayangnya, karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Kecelakaan itu terjadi karena Ibnu Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.
Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-proyek penelitian di laboratorium. Seperti biasanya, ia meneliti gejala-gejala alam di antaranya mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat, menentukan tabel-tabel astronomis, dan merancang jam air yang disebut Al-Maqata. Ibnu Firnas pun berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dari pasir. Juga mengembangkan peraga rantai cincin yang digunakan untuk memperlihatkan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang.
Proses pemotongan batu kristal,
Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat penemuannya ini, Spanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.
Salah satu penemuannya yang terbilang amat penting adalah pembuatan kaca silika serta kaca murni tak berwarna. Ibnu Firnas juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi kaca dari pasir dan batu-batuan. Kejernihan kaca atau gelas yang diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab, Al-Buhturi (820 M – 897 M).
Atap rumah menyerupai bola langit
Dalam bidang ilmiah, ia memusatkan perhatiannya pada bidang ilmu-ilmu pasti (matematika) dan ilmu alam (fisika). Di antara bukti kecemerlangan otaknya dalam bidang ini adalah keberhasilannya dalam membuat atap rumahnya yang menyerupai bola langit. Hasil karyanya itu juga dilengkapi oleh sebuah perangkat yang mampu memperlihatkan gambaran tentang bintang, awan, kilat, dan halilintar di langit sebagaimana aslinya.
Alat pendeteksi waktu
Ia juga pernah membuat alat pendeteksi waktu, yang ia persembahkan khusus untuk Amir Muhammad bin Abdurrahman. Alat ini diberi nama ‘al-Minqalah’ dan dapat dipakai untuk mengetahui waktu malam dan siang tanpa perlu ada tulisan atau gambar. Ia juga merupakan orang yang pertama kali menemukan cara pembuatan kaca dari batu, dan disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat kristal. Selain menemukan berbagai teknologi penting dalam dunia penerbangan, Ibnu Firnas juga sukses dalam menciptakan sebuah jam air yang dikenal dengan sebutan ‘Al-Maqata’. Tidak cuma itu, dia juga berhasil menciptakan gelas berwarna. Dalam bidang astronomi, Ibnu Firnas pun mampu menciptakan semacam rantai cincin untuk menjelaskan pola gerakan planet dan bintang.
Wafat
Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.
Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.
0 komentar:
Posting Komentar