Sabtu, 30 Juli 2016
Home »
BERITA
,
KEMENDIKBUD
,
SEPUTAR PENDIDIKAN
» KEMENDIKBUD : PROGRAM SERTIFIKASI AKAN DIHAPUS DAN DIGANTI DENGAN PROGRAM RESONANSI FINANCIAL
KEMENDIKBUD : PROGRAM SERTIFIKASI AKAN DIHAPUS DAN DIGANTI DENGAN PROGRAM RESONANSI FINANCIAL
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo secara resmi telah mengumumkan pergantian menteri pada Kabinet Kerja.
Satu posisi yang mengalami pergantian yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Anies Baswedan kini digantikan oleh Muhadjir Effendy. Pria kelahiran tanggal 29 Juli 1956 meraih gelar sarjana di IKIP Malang pada 1982.
Salah satu visi Menteri Muhajir adalah meniadakan program Sertifikasi bagi guru baik PNS maupun bukan PNS dikarenakan dianggap membuang-buang uang negara saja.
Pelatihan guru yang memakan banyak biaya dan tidak sinkron dengan hasil yang diharapkan rencananya akan dihapus mulai bulan Agustus tahun 2016 ini.
Ke depan guru tidak perlu pelatihan ataupun sertifikasi lagi, karena sudah diganti dengan program baru yang kini disebut RESONANSI FINANCIAL.
Siapapun yang berstatus guru akan langsung diberikan tunjangan yang cukup dengan melampirkan tanda bukti atau surat keterangan bahwasanya ia benar-benar seorang guru maka tanpa
melewati proses pelatihan ini dan itu seperti sertifikasi ataupun UKG guru tersebut namun langsung mendapatkan tunjangan profesi secara otomatis dan berkala.
Luar biasa, inilah misi hebat dari menteri pendidikan baru kita. Semua guru tentu akan semakin berbahagia dan sukses dalam profesinya, semoga terwujud!!
Inilah Pesan Pertama Prof Muhajir Effendy sebagai Mendikbud:
Guru adalah kunci kesuksesan pendidikan generasi penerus. Karena itu guru harus benar-benar cakap, kompeten serta profesional dalam melaksanakan tugas mendidiknya.
Untuk itu seharusnya para *guru datang dari kelompok warga bangsa yang cerdas, punya idealisme, berpandangan luas, dan dedikasi yang tinggi.*
Pemerintah berkewajiban mengembangkan iklim kerja pendidik yang benar-benar kondusif dan inspiratif supaya guru berkembang dan maju. *Selama ini guru -diperlakukan- sama saja dengan pegawai yang lain seperti pegawai administrasi pada umumnya. Lebih buruk lagi iklim kerja yang hanya mendisiplinkan guru dengan menakut-nakuti dengan sanksi-sanksi seperti pencabutan tunjangan pendidik, hambatan kenaikan pangkat dsb., tidak mendidik dan tidak mendorong guru untuk maju.* Iklim kerja seperti itu harus ditinggalkan karena hanya cocok untuk kuli tanam tebu jaman _kulturstelsel_ dan tidak mengundang putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi guru.
Semoga wacana ini dapat memihak Guru supaya proses belajar mengajar Guru tidak terganggu.
0 komentar:
Posting Komentar