Rabu, 17 Agustus 2016

TKIPUN BISA JADI DOKTOR


Semula akibat kemiskinan yang melilit keluarganya, dia harus menunda impiannya untuk kuliah.Dia akhirnya nekad mengadu nasib di negeri orang – sebagai pembantu. Tetapi pilihannya ini tidak mudah, awalnya. Tentangan muncul dari mana-mana, utamanya orang tua dan kawan-kawannya, karena “label” TKI yang terlanjur buruk. Namun Nuryati bukanlah sosok yang gampang menyerah.
Dicemooh teman-temannya yang berkata “siswa teladan kok mau jadi pembantu”, anak sulung dari tujuh bersaudara ini tak menjadi kecil hati.

Perempuan kelahiran tahun 1979 ini juga harus berulang kali meyakinkan orang tuanya, yang sejak awal melarangnya pergi karena “khawatir dianiaya majikannya di Arab Saudi”.
Walaupun agak was-was, Nuryati menepis jauh-jauh kekhawatiran seperti itu.
Ambisinya untuk kuliah — dengan biaya sendiri — akhirnya membuat orang tuanya harus “merestui” kepergian anak sulungnya itu.


"Gelar akademik ini saya abdikan untuk para TKI," kata Nuryati Solapari .

Nuryati (37 tahun) berhasil mempertahankan disertasinya berjudul "Penerapan Prinsip Keadilan Sosial Bagi Perlindungan Pekerja migran Indonesia Dalam Pemenuhan Hak Menurut Sistem Hukum Ketenagakerjaan Indonesia" dalam sidang guru besar Fakultas Hukum Unpad yang dipimpin Dekan Fakultas Hukum Unpad Dr An An Chandrawulan SH LLM, di Bandung pada Jumat (12/8).

Sidang tersebut antara lain dihadiri oleh ibunda Nuryati, keluarga, dan mantan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat.

Nuryati yang lahir di Subang, Jawa Barat, 2 Juni 1979 mengisahkan dia menjadi TKI karena untuk mengumpulkan uang guna membiayai kuliah setelah tamat dari SMA. Ia tamat dari SMA Prisma di Kota Serang, Banteng, sebagai lulusan terbaik.

Ia menjadi pengasuh bayi (babby sitter) pada keluarga di Arab Saudi. Setelah masa kontrak kerjanya selesai pada 2001 dan uangnya cukup untuk untuk masuk perguruan tinggi, dia kembali ke Tanah Air.

Nuryati kemudian kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten. Dalam perjalanan kuliahnya, dia sempat mengisi waktunya juga bekerja di sebuah restoran siap saji.

Setelah meraih gelar S-1, Nuryati kemudian melanjutkan program pascasarjana S-2 ke Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta.

Lulus dari Universitas Jayabaya, Nuryati bekerja sebagai dosen di Fakultas Hukum Sultan Ageng Tirtayasa, sembari menjadi pekerja sosial dalam memberikan advokasi dan pemberdayaan kepada para calon TKI, mantan TKI, dan keluarga TKI.

Ia lalu mengikuti program S-3 di Fakultas Hukum Unpad hingga meraih gelar Doktor.

Nuryati menceritakan suasana haru menyelimuti ketika detik-detik Ketua Sidang Dr. An An Chandrawulan menyatakan dia lulus dengan predikat memuaskan.

Derai air mata Nuryati tak tertahankan. Diceritakan bahwa ibundanya juga tampak menitikkan air mata haru.

Dalam desertasinya, Nuryati menyatakan telah terjadi ketidakadilan bagi pekerja migran di setiap tahapan baik itu pada masa prapenempatan, masa penempatan dan purnapenempatan.

Oleh karena itu, menurut dia, perlu ada bantuan hukum yang difasilitasi negara dalam setiap tahapan itu, bila memang dibutuhkan oleh TKI.

Walaupun dia menyatakan banyak ketidakadilan bagi TKI namun Nuryati yakin bahwa menyetop penempatan TKI adalah tidak tepat kerena ini menyangkut hajat hidup yang terjadi di kalangan berpendidikan rendah yang hanya bisa menjual jasanya di luar negeri.

"Negara harus hadir agar mereka bisa tetap bekerja ke luar negeri dengan perlindungan negara yang baik," katanya dalam disertasi tersebut.

Menurut Nuryati, bagi perempuan yang bekerja ke luar negeri tidaklah melanggar hukum Islam karena kondisi memaksa akibat suami sangat sulit memiliki pekerjaan atau keluarga yang miskin.

Nuryati Solapari, yang pernah bekerja di negeri "petro dollar" itu pada 1998-2001, meraih gelar Doktor dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung dengan predikat memuaskan.

Semoga jadi bahan inspirasi dan bermanfaat serta bisa diambil hikmahnya bagi kita...
0 Read More »

SOSOK PENDIDIK MENURUT Dr ABDULLAH NASHIH ULWAN

0

Dalam kitab TARBIYATUL AULAD, Karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan, ada dibahas tentang 5 ( Lima ) Karakter dasar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. 

Sebuah kitab yang sangat menarik yang membahas berbagai masalah pendidikan serta kajian kajiannya berdasarkan Ilmu Agama Islam.

Masalah pendidikan menjadi suatu hal penting yang diperhatikan pada saat ini. Salah satu sarana untuk memperolehnya adalah dengan bersekolah dan menuntut ilmu. Dengan menuntut ilmu, selain bisa bermanfaat untuk kehidupan duniawi juga menjadi ladang pahala.

Sosok yang penting dalam proses menuntut ilmu adalah seorang pendidik atau biasa disebut dengan guru. Sosok inilah yang memberikan ilmu dan teladan kepada generasi muda yang dididiknya. Akan tetapi, tidak semua pendidik bisa melaksanakan tugas tersebut dengan baik.

Berikut ke Lima karakter dasar tersebut ;

1. Ikhlas
Karakter pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru atau pendidik adalah ikhlas. Ia harus memasang niat di dalam hatinya bahwa pekerjaan yang dilakukannya tersebut baik perintah, larangan, nasihat, pengawasan ataupun hukuman semata-mata untuk Allah SWT.

Seorang pendidik harus ikhlas melupakan pandangan manusia dan selalu memandang semua perbuatan karena Allah SWT. Dalam konteks ikhlas ini Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang dikerjakan secara tulus (ikhlas), semata-mata untuk-Nya, dan mengharapkan keridhaan-Nya.” (HR. Abu Dawud).

2. Takwa
Selain ikhlas, seorang tenaga pendidik juga harus bertakwa kepada Allah SWT yakni menjaga agar senantiasa mengerjakan amalan kebaikan dimanapun berada. Perintah untuk bertakwa ini berlaku untuk semua kaum muslim. Allah SWT berfirman:

“Dirikannya shalat serta bertakwa kepadaNya.” [QS: al an’am: 72]

Dalam bahasan takwa ini, Umar bin Khaththab pernah berdialog dengan Ubay bi Ka’ab. Sayyidina Umar bertanya, “Apa yang dimaksud takwa itu?” Ubay pun menjawab, “Apakah kamu pernah berjalan pada jalan yang berduri?”

Umar menjawab, “Ya, pernah”. Ubay pun bertanya lagi, “Apa yang kamu lakukan?” “Aku singkirkan duri itu,” jawab Umar. Ubay pun berkata, “Itulah takwa”.

Oleh karena itu kriteria manusia yang paling mulia dalam Islam bukanlah mereka yang memegang kekuasaan atau pun menguasai harta kekayaan, tetapi siapa yang paling takwa. Rasulullah bersabda, “Ditanyakan, wahai Rasululah: siapakah manusia yang paling mulia?” Rasulullah bersabda, “Yang paling takwa di antara mereka”.

Lebih spesifik Rasulullah juga berpesan takwa kepada para guru. “Takwalah kepada Allah, berlaku adillah kepada anak-anakmu, sebagaimana kamu menginginkan mereka semuanya berbakti kepadamu.” (HR. Thabrani).

Oleh sebab itu, penting bagi seorang pendidik untuk memiliki karakterisktik takwa ia di dalam diri mereka. Dengan demikian, maka anak didiknya agar terhindar dari perbuatan menyimpang, kesesatan serta kebodohan.

3. Ilmu
Seorang pendidik tentu saja harus memiliki karakter berilmu. Ia sudah seharusnya gemar dalam menuntut ilmu, selain karena sebuah kewajiban juga akan menjadi landasan saat disampaikan kepada anak-anak didiknya.

Keutamaan lainnya dari menuntut ilmu adalah pahala yang tidak akan terputus, selama ilmu tersebut masih terus diamalkan dan diajarkan kepada orang lain. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,

“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka pahala amalnya akan terputus, kecuali tiga hal: Shadaqah Jariyyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Sabar
Karakter selanjutnya yang harus dimiliki orang seorang pendidik adalah sabar. Sabar menjadi sebuah sifat mendapat yang dapat menolong keberhasilan seorang guru dalam mendidik muridnya. Sifat sabar ini bisa menjadi daya tarik untuk membuat murid menyukainya.

Ketika seorang pendidik memiliki karakter sabar, maka hari-harinya juga akan dihiasi dengan akhlak terpuji dan jauh dari perangai tercela. Tentu saja perbuatan seperti ini bisa menjadi teladan bagi anak-anak didiknya.

Bahkan Allah SWT berulang kali memberikan peringat kepada manusia agar tetap bersabar dalam upaya apapun terlebih lagi dalam mendidik generasi masa depan. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang terjadi, teruslah bersabar agar mendapat balasan dari Allah. Allah SWT berfirman:

“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. 11 : 11).

5. Bertanggung Jawab
Karakter terakhir yang harus dilimiliki oleh seorang pendidik menurut Nashih Ulwan adalah bertanggung jawab. Hal ini meliputi aspek keimanan, tingkah laku keseharian, kesehatan jasmani-ruhani, maupun aspek sosialnya. Tidak hanya guru yang harus bertanggung jawab, namun semua aspek di dalam lingkungan pendidikan tersebut harus melakukan hal yang sama.

Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang kepemimpinannya, apakah dipelihara atau disia-siakan-nya, sehingga bertanya kepada laki-laki tentang keluarganya.” (HR: Ibn Hibban).

Demikianlah informasi mengenai lima karakter dasar yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik. Ketika mereka memiliki lima karakter di atas, maka hal tersebut akan menghindarkan murid-muridnya dari kerusakan dan kelemahan iman. 
semoga bermanfaat..
Read More »

Selasa, 16 Agustus 2016

RANGKUMAN KEBIJAKAN KEMDIKBUD BARU

0
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menjadi nahkoda dalam menyusun segala kebijakan terkait pendidikan di Tanah Air. Kebijakan-kebijakan tersebut tentu bertujuan untuk memajukan pendidikan serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sayangnya, pergantian menteri dari masa ke masa cenderung identik dengan pergantian kebijakan. Hal ini tak jarang mengorbankan peserta didik. Berikut ini  beberapa kebijakan Mendikbud yang mendulang kontroversi di tengah masyarakat.

1. Full day school
Full day school saat ini menjadi topik hangat di tengah masyarakat Indonesia. Konsep full day school merupakan gagasan dari Mendikbud Muhadjir Effendy yang belum genap sebulan menduduki jabatan tersebut. Meski masih berupa gagasan dan akan dikaji lebih mendalam, konsep full day school sudah banyak ditentang oleh berbagai pihak.
Beberapa alasan menolak alasan ini, yakni karena mengurangi waktu siswa berinteraksi dengan lingkungan luar sekolah, termasuk keluarga. Padahal, Mendikbud Muhadjir sendiri menegaskan, full day school bukan berarti belajar seharian, tetapi disertai dengan kegiatan-kegiatan positif yang sifatnya nonakademis.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan pegangan bagi sekolah maupun siswa untuk menjalakan proses belajar mengajar. Pada era Mendikbud Mohammad Nuh, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 diganti dengan kurikulum 2013. Pergantian kurikulum ini pun menuai beragam pro dan kontra. Apalagi setelah diberlakukan secara masif pada 2014, tepat di akhir kepemimpinan M Nuh sebagai Mendikbud. Banyak pihak menilai, penerapan kurikulum 2013 terburu-buru meski Kemdikbud menggelar pelatihan massal bagi jutaan guru.
Polemik kurikulum 2013 tidak berhenti setelah pergantian menteri. Ketika Anies Baswedan didapuk menjadi Mendikbud baru, dalam kurun satu bulan menjabat, Mantan Rektor Universitas Paramadina ini memberi pembatasan terhadap penerapan kurikulum 2013. Saat itu, sekolah-sekolah diminta kembali menerapkan KTSP 2006 dengan alasan masih banyak sekolah belum siap terhadap kurikulum 2013. Padahal, saat itu buku-buku kurikulum 2013 sudah didistribusikan dan sudah diterapkan setengah tahun akademis oleh sekolah-sekolah se-Nusantara.

3. Hari pertama sekolah (HPS)

Meski tidak terlalu kontroversial, gerakan mengatar anak di hari pertama sekolah yang dicetuskan oleh Mantan Mendikbud, Anies Baswedan ini cukup mencuri banyak perhatian. Para orangtua yang bekerja pun sempat dibuat bingung terkait izin terlambat ke kantor karena harus antar anak terlebih dahulu.
Saat itu, Anies mengatakan, orangtua perlu terlibat dalam mengantar anak ke sekolah. Mereka juga harus berinteraksi dengan para guru sehingga tidak hanya di hari pertama sekolah. Gerakan tersebut kemudian turut didukung oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) dan perusahaan swasta lainnya sehingga orangtua tak perlu khawatir terlambat datang ke kantor masing-masing.

4. Uji kompetensi guru (UKG)

Kebijakan Mendikbud yang tak kalah menuai kontroversi di kalangan guru, yakni uji kompetensi guru (UKG). Tahun 2015, UKG diikuti oleh sekira tiga juta guru di seluruh Indonesia. Meski tes wajib ini dijamin tidak akan dijadikan sebagai tolok ukur kualitas guru, tak sedikit guru yang resah karena takut tak mampu meraih hasil maksimal. Pada masa Mendikbud dijabat Anies Baswedan, UKG digunakan untuk pemetaan kompetensi guru.


Read More »

PENERIMAAN SISWA BARU

Yayasan Pendidikan Dan Sosial Pondok Pesantren Menerima Pendaftaran Siswa Baru Mulai Pertengahan Mei 2016, Untuk Tahun Ajaran 2016-2017 Jenjang Pendidikan : SMP Berbasis Pesantren Hidayatus Saalikin, Madrasah Aliyah Juga Umum ( SMK-SMA) Dengan ketentuan mentaati dan patuh pada tata tertib Pondok Pesantren...... BACA SELENGKAPNYA