PONDOK PESANTREN HIDAYATUS-SAALIKIN
Berdiri Tahun 2005
Alamat:
Jl. Bakri Entong (Simpang Tiga) Pembuang Hulu, Kec. Hanau,
Kab. Seruyan
Propinsi Kalimantan Tengah
Telp. ____________________
Email : ahmadzainalanbiya@gmail.com
A. Pendiri Pondok Pesantren Hidayatus-Saalikin :
1.
KH.
AHMAD FAUZI AL-BANJARY
2.
H.
NASRUDIN
3.
H.
ARBANI
4.
M.
RUSLI
5.
Seluruh
Anggota Majelis Ta’lim Miftahussalam, Kec. Hanau
B. Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatus-Saalikin :
Ø KH. AHMAD FAUZI AL-BANJARY (2005 –
Sekarang)
C.
Struktur Pengurus Pondok Pesantren
Hidayatus-Saalikin :
1.
Pimpinan/Pengasuh
Pondok Pesantren
-
KH.
AHMAD FAUZI AL-BANJARY (Pengasuh)
-
H.
DARUL HUDA (Kades Pembuang
Hulu)(Pelindung Pondok Pesantren)
-
H.
NASRUDIN (Ketua I
Yayasan Pondok Pesantren)
-
H.
ARBANI (Ketua II
Yayasan Pondok Pesantren)
-
H.
SUHAIMI (Sekertaris
I Yayasan Pontren)
-
M.
RUSLI (Sekertaris
II Yayasan Pontren)
-
Ibu
Ustadzah AINUN JARIYAH/KHUROTIN, SPd.I :
(Bendahara Yayasan Pontren)
2.
Kepala
Biro Pendidikan :
3.
Kepala
Biro Keuangan :
4.
Kepala
Biro Admisitrasi dan Tata Usaha :
5.
Kepala
Biro Kerjasama Kelembagaan :
6.
Kepala
Biro Bidang Usaha :
7.
Tenaga
Pendidik : Asatidz = 6 ; Asatidzah = 2
8.
Tenaga
Kependidikan : 12
D. Sejarah Pondok Pesantren
“Hidayatus
Saalikin” adalah nama sebuah pondok pesantren yang berada di sebuah desa
tertinggal, Pembuang Hulu. Yang jaraknya sekitar + 140 km. Dari kota
Sampit, Kotawaringin Timur (KOTIM). Yang letak titik kordinatnya antara
perbatasan kabupaten Pangkalanbun (Kotawaringin Barat) yaitu kecamatan Hanau.
Asal
nama “Hidayatus-Saalikin” adalah sebuah nama yang diambil dari kitab berbahasa
melayu karangan Syeikh Abdussomad
Al-Falanbany yang pernah dipelajari dan diajarkan oleh pengasuh.
Pondok
Pesantren “Hidayatus-Saalikin” mulanya adalah sebuah hutan belantara yang belum
terjamah tangan manusia. Ketika terjadi kerusuhan dikota Sampit pada tahun
2001, maka terjadi pula krisis akhlak dan moral dikalangan masyarakat suku
Dayak, dimana para alim ulama’ banyak yang meninggal sedangkan belum ada
generasi penerusnya yang bisa meneruskan perjuangan para alim ulama’ di kala
itu.
Pada
saat itu pula di kecamatan Hanau yang masih mayoritas penduduknya seratus
persen suku Dayak, mereka merasa gelisah dengan terjadinya kerusuhan di kota
Sampit tersebut. Para generasi muda pada saat itu bingung mencari jatidiri,
apalagi para pemuda di pedalaman Kalimantan Tengah, mereka ingin sekolah yang
berlatar belakang pendidikan agama.
Memang
pada saat itu sudah ada berdiri pesantren-pesantren tapi lokasinya sangat jauh
yaitu di Kalimantan Selatan (Banjarmasin) yang jaraknya lebih dari 500 km. dari
kecamatan Hanau, dan banyak para pemuda yang bersekolah kesana.
Pada
saat itulah timbul pemikiran seorang Ulama’, seorang tokoh masyarakat yang baru
tinggal di Hanau kurang lebih 5 tahun (Ust. H. A. Fauzi) yang sering dipanggil
orang dengan julukan Guru Fauzi untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan
yang bisa menampung para pemuda dari pedalaman yang ingin menimba ilmu walaupun
tanpa dukungan masyarakat Hanau.
Beliau
bersama teman-teman dan murid-murid pengajian (Majelis Ta’lim) mulai membabat
hutan belantara yang masih banyak pohon-pohon besar dan belum pernah dijamah
oleh manusia. Dengan sukarela mereka bergotong royong setiap hari Jum’at dan
hari Minggu.
Kurang lebih
6 bulan mereka bekerja keras membuka hutan dan mereka juga menyisihkan sebagian
hartanya untuk membangun pondasi Pesantren.
Setelah
kurang lebih 8 bulan membangun pondasi pesantren dengan bangunan seadanya,
akhirnya guru Fauzi menempati bangunan tersebut dengan 8 orang santrinya.
Inilah mula-mula adanya bangunan pesantren dikecamatan Hanau yang membuat resah
masyarakat suku Dayak. Kehadiran pesantren kala itu sangat meresahkan
masyarakat, mereka mengira dengan adanya pesantren akan mengambil semua murid-murid
yang sudah sekolah disekolah-sekolah umum.
Di tahun
pertama, beliau mendapat cercaan dan hinaan, bahkan langsung dihadapan
beliau ada yang melemparkan kata-kata
kotor. Yang intinya beliau tidak pantas hidup di kecamatan Hanau, karena beliau
adalah pendatang dan bukan dari golongan suku Dayak. Apalagi pada waktu itu
guru Fauzi mempunyai peternakan ayam potong dan punya banyak langganan
dikalangan perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang terdapat disekitar kecamatan
Hanau. Pada tahun pertama ini pengasuh mendapat banyak sekali prasangka yang negatif dari masyarakat
sekitar. Mereka menyebarkan isu-isu bahwa guru Fauzi mempekerjakan anak-anak
untuk beternak ayam. Bahkan guru Fauzi menjadi target utama yang harus diusir
dari kampung. Tapi berkat dukungan dari kepala desa dan teman-teman majelis
ta’lim, beliau bisa melewati masa-masa sulit itu. Pengasuh membimbing anak-anak
santrinya untuk beramal ibadah mulai bangun tidur jam 03.00 pagi sampai
menjelang tidur jam 20.45. dengan tidak mengesampingkan masalah dunia, pengasuh
memadukan antara belajar dengan beternak ayam. Bukan itu saja, pengasuh juga
membawa para santri untuk bercocok tanam sayuran untuk keperluan makan mereka
karena lokasi pesantren yang jauh dari kampung (+ 5 km.)
Barulah
ditahun kedua beliau bersama isteri yang berlatar belakang mengajar selama 7
tahun mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama Hidayatus-Saalikin, tanpa
mengurangi kegiatan pesantren yang ada. Di pagi hari santri-santri belajar
kitab dan disiang hari mereka belajar di SMP serta di malam hari mereka
mudzakarah sampai pukul 20.30.
Pandangan masyarakat tentang pesantren pun mulai luntur dan tidak pernah
lagi kedengaran isu-isu yang tidak baik kecuali segelintir orang yang memang
iri dengki dengan kemajuan pesantren. Apalagi pengasuh langsung yang membimbing
para santri untuk terjun kemasyarakat. Apabila
ada anggota masyarakat yang meninggal, beliau langsung menyuruh para
santri untuk bergiliran menjaga kubur dan membaca Al-Qur’an selama 3 hari 3
malam. Dengan berkat kerja keras pengasuh inilah, akhirnya bupati Seruyan pada
tahun 2009 memberangkatkan haji untuk beliau sebagai penghargaan bapak Bupati
kepada pengasuh.
Dari
pengalaman pengasuh mendirikan pesantren inilah, pengasuh akhirnya mempunyai
tekad yang kuat untuk mewujudkan santri-santri yang handal yang dituangkan
pengasuh pada visi pesantren yaitu : Santri yang mampu menghadapi tantangan
pada perkembangan zaman yang serba bebas, sanggup menjadi benteng dalam
menghadapi aliran sesat dan paham-paham liberalisme.
Dari visi
tersebut, maka pesantren mempunyai misi : 1) melatih para santri untuk mandiri
dan berwiraswasta. 2) mendidik para
santri supaya tekun ibadah dan beramal kebajikan dengan ikhlas. 3) menimbulkan sifat kebersamaan dan
kepedulian terhadap sesama.
Kemudian
pada tahun 2011 ada seorang pejabat (Kepala Kandepag.) dari Pangkalanbun
(Kotawaringin Barat/KOBAR) dengan seorang pejabat dari Kandepag. Jakarta untuk
meninjau SMP Hidayatussaalikin supaya bergabung dengan SBP. Pengasuh dan para
ustadz terkejut kenapa lokasi pesantren ada dalam kabupaten KOBAR, karena
lokasi sebenarnya ikut kabupaten SERUYAN. Bahkan pejabat dari Kandepag Jakarta
tidak kenal dengan kabupaten Seruyan, beliau mengenal Hidayatussaalikin berada
di titik kordinat kabupaten KOBAR.
Dan
sampai saat ini (2014) Pondok Pesantren Hidayatus-Saalikin sudah terdaftar
sebagai Pondok Pesantren yang satu-satunya berada di kawasan kabupaten Seruyan,
serta memiliki jenjang Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pesantren (SMP.BP.),
juga memiliki jenjang Sekolah Madrasah Aliyah yang didirikan oleh Yayasan pada
tahun 2012, dan tetap memberikan pelajaran kitab kuning kepada para santrinya
tanpa mengurangi jam-jam pelajaran di sekolah formal.
E.
Kekhasan Pondok Pesantren
Motto: “mencetak generasi Islam yang bertaqwa kepada Allah dan berwawasan
agama yang luas, berakhlaqul karimah dan bisa berdakwah dimanapun berada “:
1. Keilmuan Agama bidang Fiqh dan Ushul
Fiqh
2. Nahwu dan Shorof (Tashrif)
3. Kemandirian: Ketahanan Pangan dan
wirausaha
F.
Kelembagaan Pondok Pesantren
1. Pendidikan Formal:
a). SMP Hidayatus-Saalikin (2006)
b). Madrasah Aliyah
Hidayatus-Saalikin (2013)
2. Usaha Ekonomi:
a). Peternakan Ayam Potong (2005 – 2012)
b). Peternakan Ikan Tawar (2008-2010)
c). Perkebunan Kelapa Sawit (2010)
d). Depo Isi Ulang Air Minum (2013)
3. Organisasi Kesiswaan :
a). Osis (2008)
b). Pramuka (2008)
4. Organisasi Sosial Keagamaan:
a). Majelis Ta’lim Miftahussalam (1999)
b). Maulid Habsyi Al-Banjary (2005)
c). Fardlu Kifayah / Pengurusan
Jenazah (2009)
d). Pencak Silat (2010)
G.
Sarana dan Prasarana
1. Luas Tanah : 300 m²
2. Luas
Bangunan :
200 m²
3. Masjid :
1 lokal
4. Gedung
Aula Pertemuan : 1 lokal
5. Guest
Home/Ruang Menginap Tamu
6. Majelis
para santri
7. Gedung
Sekolah : 2 Lokal
8. Lapangan
Bola
9. Kamar
Mandi dan Toilet : 20
Lokal
10. Asrama putra : 3 Lokal
11. Asrama
putri :
3 Lokal
12. Ruang
Ustadz/ Ustadzah :
3 Lokal
13. Ruang
Guru SMP :
1 Lokal
14. Rumah
pengasuh :
1 Lokal
H.
Kerjasama Kelembagaan
1. Kantor
Desa Pembuang hulu (2010)
2. Kantor Kecamatan
Hanau (2012)
3. Puskesmas
Hanau (2009)
I.
Prestasi Kelembagaan
1. Santri
-
Juara 1 Musabaqah Tilawatil Kutub tingkat
Kabupaten th. 2009
-
Juara 2 Musabaqah Tilawatil Kutub tingkat
Propinsi KALTENG th. 2010
-
Juara
Umum POSPEDA tingkat Kabupaten th. 2011
-
Juara 2 POSPEDA Tingkat Propinsi KALTENG Tahun
2012
-
Juara 1 Lomba Pencak Silat tingkat Propinsi
KALTENG Tahun 2012
2. Asatid/Guru
-
1 orang Ustadz Tahfidz 30 juz
-
1 orang Ustadzah Tahfidzah 30 juz
3. Kelembagaan
-
Pondok Pesantren Percontohan Bidang Pertanian
tingkat Kecamatan
semoga menjadi ponpes the best di seruyan maupun kalteng
BalasHapusSukses selalu ponpes Hidayatus Sa'alikin✨
BalasHapusMaasyaAllah.... Smg semakin sukses dan berkah
BalasHapus